Curi Semua Impianku, Aku Tidak Apa
Kalau di dunia ini ada seseorang yang senang
ketika menjadi korban pencurian, itu adalah aku. Aku senang kamu mencuri
senyumku, mencuri getaran di dadaku, mencuri hatiku, bahkan ketika kamu juga
mencuri impianku.
Ketika aku bermimpi menjadi seorang
mahasiswa kedokteran, kamu justru yang diperkenankan untuk menimba ilmu disana.
Ketika aku bermimpi bisa ke luar negeri saat SMA, kamu yang justru terbang
kesana. Ketika aku ingin mendapatkan banyak juara saat kuliah, kamu yang
berhasil mewujudkannya. Ketika aku ingin lancar berbahasa asing, kamu orang
yang pandai soal itu. Ketika aku ingin menjadi mahasiswa prestasi, kamu yang
mendapat predikat itu. Ketika aku ingin ke Raja Ampat, kamu kemarin pulang dari
sana. Ketika aku ingin berkeliling dunia, kamu ternyata sudah merencanakan itu
semua. Intinya, seolah kamu benar mencuri impianku. Tetapi entah mengapa,
justru aku suka melihatnya. Aku suka ketika impian itu berhasil kamu wujudkan
juga. Aku suka ketika impian itu kamu wujudkan dengan nyata. Aku suka karena
kamu yang meraihnya, aku suka. Mengapa?
Karena dalam dirimu ada aku juga. Ada doaku yang ikut terbang kesana.
Curi saja semua impianku, aku tidakpapa.
Meskipun terlihat begitu curang, meskipun terlihat begitu menyedihkan, tapi aku
suka. Aku suka impian-impian yang belum mampu kugapai dengan kedua tangan dan
kakiku itu digapai olehmu. Seenggaknya, kamu bisa bercerita soal itu kan? Kamu
bisa menceritakan bagaimana kehebatan tentara islam saat perang badar, kamu
bisa menceritakan kekejaman israel ketika selesai berkunjung dari palestina,
kamu bisa bercerita keagungan hagia shopia dari Turki, kamu bisa menjelaskan
adat istiadat orang jepang ketika habis pulang dari sana. Katamu, semua
menyenangkan, indah, dan ajaib untuk diwujudkan. Katamu, semua itu istimewa
tetapi tak pernah lengkap jika si pemilik impiannya tak juga beranjak dari
rumah. Aku hanya tersenyum, dan kamu justru tertawa melihatku yang sedang tak
bisa apa-apa.
“Ayo, wujudkan impian itu bersama” katamu
kemudian dengan tatapan paling serius.
“Menjelajahi benua? Bersama kamu? “ tanyaku
memastikan.
“Iya, biar kamu bisa menulis cerita lebih
indah lagi.” Katamu sembari tersenyum.
“Aku tak boleh kemana-mana sendriian,
apalagi sama laki-laki” jawabku.
“kalau begitu ayo nikah dulu” katamu enteng.
Aku hanya terbelalak, menatap nanar seorang
mahasiswa kedokteran yang wajahnya tak pernah menunjukan bahwa dia calon
dokter.
“Aku ingin mengembalikan sesuatu yang
kucuri, aku ingin melunasinya dengan mengajakmu melihat seisi dunia. “ katanya
Aku hanya diam. Menatapnya, kemudian
menunduk tanpa kepastian. Kamu tetap tenang melihatku yang bingung, salah
tingkah, tak bisa berkata apa-apa.
“Tak perlu dijawab, aku sudah tahu
jawabannya. Kamu terlalu mudah ditebak.” Katanya sembari tertawa,
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!