Melepas
Pict by Dimas Ikhtiar
Lembaran itu aku tutup hari ini. Mencintai
seorang diri kali ini kucukupkan sampai disini. Kamu memang baik, tetapi
mungkin bukan untukku. Aku juga mungkin lebih pantas bersama dengan orang
selain kamu. Visi dan misi kita tidak sama. Semuanya saling berseberangan. Aku
memang mencintaimu, tetapi aku tidak bisa memaksakan sesuatu yang ujungnya akan
sulit dilakukan. Aku tahu, menyamakan sebuah pemikiran dan tujuan itu sulit.
Aku paham bahwa kita hidup seperti dua rel kereta yang saling bersebelahan.
Tetapi tak pernah menemui temu hari ini.
Setelah lama menganalisa chat kita berdua,
setelah merasakan sakit hati yang entah darimana, aku kemudian sadar bahwa aku
tak boleh terlalu menjadikan kamu tokoh utama. Aku pergi meski aku tak pernah
datang. Aku pergi tanpa lambaian tangan. Mungkin benar, inilah seni dari sebuah
keterpisahan. Bahwa mungkin saja aku bisa menjadi lebih baik setelahnya.
Berbeda dengan dulu, ketika aku memblokir
semua akun media sosialmu. Kali ini, aku membiarkan semuanya mengalir seperti
biasa, hanya saja perasaanku sudah kusisihkan dan kubuang jauh di ujung sana.
Aku memang harus membuka lembar baru. Aku
harus menemukan lingkaran pertemanan baru. Menjadikan diri sendiri sebagai
seseorang yang bisa ku andalkan. Dan memilih untuk menunggu oranglain atau
mungkin saja kamu tetapi dengan pendewasaan baru.
Kita
berbeda.
Itu yang memutuskan aku pergi hari ini. Arah
langkah kita tak pernah serasi. Hatiku selalu merasa ganjil dengan pendapat
yang kamu kirimkan. Aku sudah merasa menjadi oranglain. Atau bahkan menjadi
orang asing yang tak pernah mengenal siapa kamu sebenarnya.
Mungkin ini konsekuensi dari bertumbuh. Aku
naik di tangga yang baru, tetapi tangga itu tak ada namamu. Aku berusaha
mencari kamu, tetapi tetap tidak ketemu. Mungkin saja, berjalan maju tanpa
namamu sudah menjadi garis yang ku ukir mulai hari ini.
Sore ini, ketika hujan deras mengguyur atap
rumah. Aku memutuskan untuk berhenti mencintai kamu lagi. Entah kata ini keluar
pada keping keberapa di mulutku. Tetapi sungguh, aku tak pernah seserius ini. Mungkin
ini jalan yang terbaik, toh selama ini kamu juga tak pernah mau kutemani.
Aku menangis, melihat semua hal yang kulakukan
dengan gila karena cinta. Aku ternyata begitu mencintaimu. Aku ternyata begitu
mengistimewakan kamu, sehingga aku bahkan lupa dengan diriku sendiri. Aku lupa
bahwa aku juga punya impian dan cita-cita sendiri.
Selamat mengejar impianmu, berada di
jalanmu, dan bertemu dengan orang baru yang mungkin lebih cocok dari aku. Maaf
aku berhenti disini karena aku punya dunia sendiri. Mungkin kamu akan lebih
bahagia tanpa aku di sana. Aku akan menerima setiap jengkal proses lupa. Hingga
suatu hari, aku bisa menyebut namamu tanpa getaran apa-apa.
Aku ingin menjadikan kamu sebagai bagian
dari masa lalu yang kutinggalkan untuk maju. Aku ingin memulai kehidupan baru
dengan visi dan misi yang kuimpikan sejak dulu. Kamu, biarlah berbahagia dengan
duniamu. Aku tak akan ikut-ikutan. Selamat jalan, meski aku tak pernah mau
mengucapkan ini di pesan kita. Aku sungguh mencintaimu, tapi aku harus pergi
kali ini. Bukan karena aku tidak pantas bersanding denganmu, tetapi aku lebih
pantas bersama dengan orang lain barangkali.
Semua kejadian di masa lalu sudah terangkum
dalam buku. Semua telah selesai disana. Dan biarkan aku membuat buku baru untuk
perjalanan kisahku selanjutnya. Aku akan menanti setiap skenario yang Allah
berikan mesti tak ada namamu yang menjadi alasan. Aku akan tetap menjadi
perempuan paling bahagia, seperti sebelum aku mengenal kamu sebelumnya. Aku
akan menjadi sesosok yang tetap sama namun dengan versi yang jauh lebih baik.
Aku akan melakukan semua hal yang nanti akan membawaku ke masa depan.
Semua angan, impian, cita-cita, yang telah
kamu ceritakan kepadaku, semuanya hebat. Semuanya bagus untuk di wujudkan.
Semua terdengar indah jika aku bisa menjadi pengiring dari tergapainya
cita-cita itu. Tetapi maaf, cerita kita mungkin berbeda. Kamu bukan tokoh yang
kucari selama ini. Atau mungkin kamulah tokoh itu tetapi bukan hari ini
waktunya. Bukan saat ini untuk kamu kujadikan tokoh utama. Biarlah semua masa
lalu terangkum begitu baik. Kalau suatu hari kamu terjatuh, entahlah. Semoga
ada yang membantumu berdiri meski bukan aku. Kalau suatu hari kamu sakit,
semoga ada oranglain yang menjadi obat untuk itu. Semoga semua perjalanan
panjang kita berdua akan berakhir baik tanpa luka. Semoga, kita akan sama-sama
bahagia.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!