Pertanyaan yang disimpan
Dulu sekali, aku sempat berpikir, mungkin jatuh cinta adalah kondisi dimana aku harus pintar-pintar membungkam ratusan pertanyaan dan rasa sakit supaya seseorang tidak pergi. Tapi apakah pada akhirnya aku cuma jadi orang yang hidup demi menyenangkan orang lain? Lalu apa artinya hidupku ini?
Setidakbisanya aku menjalani kehidupanku sendiri dan sangat takut ditinggalkan membuatku berpikir bodoh. Tapi begitu yang sering kulihat. Perempuan-perempuan lain juga banyak yang demikian. Saat sesuatu membuat kita khawatir, kita dituntut untuk tidak boleh bereaksi berlebihan. Saat kita menangis dan kesepian, kita dituntut untuk mengerti. Ketika ada sesuatu yang membuat kita cemburu, kita harus menyimpan perasaan itu dalam-dalam.
Perempuan itu seharusnya dicintai seperti apa sih? Apa cuma sebagai pelengkap laki-laki yang kesepian dan mesin pembuat anak saja? Bukan kan... Lalu, kenapa kita yang diciptakan tuhan dengan segenap cinta dan kasih sayang ini dipaksa seperti mesin. Dipaksa seolah memiliki tombol ON dan OFF, harus selalu memahami keadaan orang lain dan sekuat tenaga meredam amarah sendiri karena tak jarang perasaan perempuan ini dianggap tak penting dan selalu berlebihan.
aku pikir setelah kegagalan cinta yang sebelumnya, aku cuma akan menciptakan gagal-gagal yang lainnya. Jadi, mencoba terus bertahan hingga muak adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup.
Dulu, aku berusaha untuk terlihat sebagai seorang perempuan yang seperti itu. Tapi ternyata itu salah. Kenapa dulu aku berpikir bahwa semua laki-laki itu jahat? Padahal, seperti halnya kita perempuan. Tidak tidak boleh memukul rata, meskipun di hari-hari sebelumnya kita sudah hilang percaya.
Jadi, jatuh cintalah tanpa perlu menyimpan banyak pertanyaan dan perasaan menyakitkan. Tidak seharusnya hubungan dijalani jika salah satunya berangsur-angsur mati.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!