Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya
Sebuah kesiapan adalah hal yang diberikan oleh tuhan. Meskipun siap untuk bertemu denganmu suatu hari, dengan keadaan yang jauh lebih baik dari hari ini adalah sebuah impian. Sejujurnya, aku sangat menantikan masa itu. Sebuah masa dimana sekat antara kita perlahan runtuh. Sebuah pertemuan yang membuat dua tanda tanya ini luruh. Aku menantimu di ujung kalimat. Menunggumu sembari memperbaiki diri. Agar suatu hari, kamu tersenyum ketika melihat semua doamu dikabulkan tuhan dalam wujud seorang aku.
Aku menunggumu, sembari melangkah maju. Setiap harinya aku isi untuk menambal celah yang kumiliki. Setiap waktu doaku selalu berhamburan menuju langit. Tersenyum warna-warni memenuhi seisi bumi. Tetapi entah, apakah sampai di ujung telingamu atau justru mampu masuk jauh ke palung hatimu. Intinya, doaku selalu terbang tinggi. Mengepakkan sayap untuk bersiap kembali menuju bumi.
Aku akan kuat menunggumu lebih lama, tetapi tak bisa selamanya. perasaanku memang seluas samudera, tetapi aku butuh dikuatkan juga. Fitrah perempuan memang menunggu. Tetapi menunggu hal yang terlalu lama adalah bukti ketidakseriusanmu dalam mencinta. Aku tahu, tak pernah ada kata sepakat dalam hubungan kita yang entah namanya apa. Tak ada rasa saling tunggu yang terucap disana. Tetapi bukankah kata sepakat itu sudah kita lakukan begitu saja? Tanpa kata yang tertera jelas disana?
Memang saling berjuang dan menunggu itu perlu batasan waktu. Karena aku percaya bahwa cinta sejati tak pernah rela melihat orang yang dicintainya diperdaya terlalu lama oleh waktu.
Menunggu adalah ujian keseriusan. Ketika jarak yang luas sengaja kubentangkan. Ketika jurang-jurang terjal tetap kujadikan pagar. Hingga berbagai halang rintang sengaja kuciptakan hanya untuk melihat keseriusanmu dalam menujuku. Hingga ketika kamu sampai disini dengan sesosok laki-laki hebat yang sudah matang pemikirannya.
Yah, aku sengaja memberi jeda yang lebih lama antara kita. Supaya kamu berproses lebih lama dan aku memperbaiki diri berkali-kali. Sejujurnya aku tak peduli apakah waktu luangmu akan kamu gunakan untuk maju menemuiku atau tidak. Setidaknya aku percaya meskipun bukan kamu orangnya, pasti menunggu ini tak pernah berlaku selamanya.
Aku menunggumu. Aku menunggu keseriusanmu dalam memperjuangkan aku. Aku bertahan untuk tidak berjalan ke arah lain. Meskipun aku tahu bahwa ruang di sisi sebelahku begitu menarik untuk dikunjungi. Aku tetap menunggu kamu sembari memperbaiki diri. Mempelajari banyak hal supaya kamu mendapatkan hadiah paling indah nanti. Aku menunggu kamu sambil terus mengirimkan sepucuk surat pada Yang Maha Esa. Supaya kamu dikuatkan. Supaya kamu diselamatkan. Supaya kamu tetap berada pada jalan yang benar.
Aku mungkin akan mampu bertahan jauh lebih lama lagi. Ketika kaki kecilku telah lelah berdiri menanti, ketika hatiku terus dirundung rindu yang kupaksa mati, atau ketika dua pasang manusia bernama kita masih dalam perjalanan menemukan jati diri. Aku bisa berdiri lebih lama, tetapi tidak untuk selamanya.
Sejujurnya, perempuan memang suka diperjuangkan. Perempuan suka dijadikan sesuatu yang sangat berharga. Perempuan penuh teka-teki dalam memendam rasa. Tetapi perempuan adalah yang paling tulus dalam menunggu sebuah tanda tanya.
Tahukah kamu, menunggu tidak semudah duduk diam sambil menopang dagu. Menunggu juga perlu perjuangan. Berjuang untuk tetap tinggal. Berjuang untuk melawan fikiran negatif, berjuang untuk tidak beralih ke jalan lain, berjuang untuk terus menerus percaya bahwa seseorang yang ditunggu sedang berjuang menuju kesana.
Seperti itulah lika-liku seseorang yang saling menunggu seperti kita. Seharusnya yang bergerak memang bukan hanya kamu. Seharusnya yang menunggu bukan hanya aku. Tetapi aku belum sanggup untuk mulai bergerak mendekatimu karena aku belum menemukan kamu di ujung persimpangan menujuku. Aku belum bisa bergerak berlari memegang tanganmu karena aku belum melihat langkah-langkahmu. Jadi, adakah hal yang lebih baik selain menunggu?
Sejujurnya, aku sangat menyukai cara jatuh hati seperti ini. Jatuh hati bukan karena kamu memiliki ini dan itu. Jatuh hati cukup dengan melihat huruf-hurufmu menghiasi hari-hariku. Jatuh hati karena melihat gambarmu melangit di beranda media sosialku. Jatuh hati karena cerita yang kamu bawakan. Jatuh hati karena ketulusanmu. Jatuh hati karena banyak hal yang membuatku bersikeras ingin merubah hidup menjadi lebih baik. Jatuh hati yang tidak menjadi dosa, tetapi menjelma menjadi kata-kata.
Aku suka jatuh hati seperti ini. jatuh hati dengan penuh tanda tanya. Jatuh hati dengan sejuta misteri di kepala. Jatuh hati dengan ujian-ujian yang datang tanpa peduli kapan dan dimana. Jatuh hati karena proses bertumbuh yang begitu hebat. Hingga jatuh hati dengan dirimu yang menjadi perantara untukku semakin kuat.
Kalau suatu hari menunggu memang diciptakan tuhan agar hambanya bisa berjuang lebih lama, maka aku setuju dengan segala takdir yang diberikan di dalamnya. Jika menunggu diciptakan untuk kita belajar saling menguatkan nantinya, maka aku akan belajar untuk tidak mudah rapuh. Jika menunggu diciptakan untuk kita saling belajar ikhlas untuk saling melupakan, maka aku akan tetap merayakan kehadiran dan kepergianmu secara bersamaan.
Menunggu adalah sesuatu yang oranglain anggap sebagai tembok penghalang. Menunggu adalah masa dimana perkenalan dan pertemuan selanjutnya menemui jeda. Menunggu adalah bentuk latihan dewasa. Bahwa semua hal memang harus ada proses yang cukup lama. Maka, menunggu menjadi satu-satunya jalan untuk memintal bahagia.
Aku akan menunggumu, tetapi tidak untuk selamanya. aku bisa mencintaimu dengan tulus tanpa karena. Tetapi aku tak mampu bertahan sendiri tanpa kepastian selamanya. Aku percaya kamu sedang di jalan. Aku yakin suatu hari kamu datang. Meski aku tak tahu itu kapan. Meski aku tak paham bagaimana cara tuhan ikut andil memberimu kekuatan.
Aku akan menunggumu tetapi tidak untuk selamanya. Karena ujian pasti ada selesainya. Karena badai pasti ada saat untuk berlalu. Karena sabar pasti memiliki ujung yang indah disana. Maka aku akan menunggumu, tetapi tidak selamanya. karena yang ku mau, selamanya adalah bersama kamu.
Selamanya memang terlihat begitu lama. Seolah abadi. Hingga kapan pun tak ada yang tahu pasti. Tetapi, aku yakin kamu takkan pernah tega membiarkan aku menangis seorang diri. Aku yakin kamu tidak tahan melihatku terluka tanpa ada yang mengusap air mata. Aku percaya kamu juga ingin menjadi seseorang yang melindungiku paling depan. Menjadikan kita beruda saling tumbuh dan bergandengan tangan. Aku percaya kamu juga menginginkan itu sebenarnya. Maka, aku rela menunggu hingga sampai waktunya tiba. Tetapi tidak untuk selamanya.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!