(Tidak) Sempurna


Pict by Pinterest

Bagaimana jika suatu hari seseorang yang mendampingimu ini hadir dalam ketidak sempurnaan?

Perempuan yang kamu kira memiliki segala alasan untukmu bahagia ini ternyata banyak kurangnya? Ia masih berjalan tertatih dari bayangan masa lalu, masih mencari-cari jati diri, masih sering kembali pada kesalahan yang sama, masih berjalanan dan bertanya-tanya apakah tuhan tetap memaafkan dirinya?

Bagaimana jika suatu hari perempuan yang kamu ajak bersama itu banyak kurangnya? Fisiknya tak sempurna. Dia tidak hebat sama sekali. Cengeng. Lemah. Tidak tahu apa-apa. Bagaimana?

Bagaimana jika seseorang yang telah lama kamu doakan itu ternyata tidak mampu memenuhi ekspektasimu dalam merangkum bahagia? Ia sangat tidak sempurna, tidak seperti yang kamu bayangkan sebelumnya. Bagaimana? Apakah kamu masih tetap bisa menerima?

Ketika langkah kecil dari perempuan yang kamu gandengan tangannya ini begitu lemah. Tak mampu berjalan dengan cepat atau terburu-buru, bahkan sesekali terjatuh dan tertinggal, apakah kamu masih mau bersabar? Menunggu atau bahkan menghampiri perempuan itu? Menguatkan? Mengajaknya berjalan dengan gandengan yang jauh lebih erat? Tetap menjadikan perempuan itu sebagai tanggungjawab terbesarmu? Apakah begitu? Atau sebaliknya?

Tahukah kamu, perempuan itu selalu berusaha menjadi yang terbaik. Selalu berusaha memberikan yang terbaik. Tak pernah alpa belajar ilmu darimana-mana. Supaya apa? Supaya ia tak melulu merasa tidak sempurna. Supaya ia percaya diri bahwa ia masih punya kelebihan sedikit, meskipun kurangnya begitu besar. Ia masih tetap ingin menjadikan dirinya berusaha berubah menjadi lebih baik, meski berkali-kali menemukan kegagalan.

Perempuan itu berlarian, jatuh tersungkur menghadap tuhan. Berusaha ingin mengubah diri agar menjadi yang lebih baik lagi. Ingin melupakan masa-masa kelam. Ingin beranjak menemukan kedamaian. Perempuan itu sering menangis tersedu atas dirinya sendiri. Tetapi percayalah, ia tak pernah menyalahkan tuhan. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang baru sadar beberapa hari lalu. Ia menyalahkan dirinya sendiri, mengapa hari ini baru menemukan bahagia? Mengapa baru sekarang ia ingin berubah? Seharusnya ia bisa berjalan lebih jauh. Seharusnya, ia bisa lebih kuat dan tak mudah jatuh.

Perempuan itu selalu menyesali keterlambatan sadar yang ia punya. Perempuan itu berusaha keras menghidupkan segala yang mati. Memperbaiki segala yang rusak. Menyuburkan segala yang ingin tumbuh. Menyirami yang gersang, dan melakukan apa saja agar ia bisa damai dengan diri sendiri.

Perempuan itu tak pernah menuntut kesempurnaan. Perempuan itu hanya butuh ketenangan jiwa, meskipun pada akhirnya ia datang dengan tidak sempurna, setidaknya ia sudah berusaha.

Dalam waktu yang jauh terbentang antara kamu dan perempuan itu bertemu, apakah suatu hari kamu akan benar-benar bisa menerima? Apakah suatu hari kamu akan benar-benar bisa sabar? Bisa menjadi penopang dalam beranjak pergi meniggalkan masa lalu yang kelam? Berusaha saling menguatkan apabila salah satu terjatuh? Apa kamu akan tetap bisa menerima perempuan itu meskipun begitu banyak seseorang yang jauh lebih berhak kamu terima? Apakah kamu benar akan terus melangkah bersamanya? Menggandeng tangannya yang tidak sempurna? Memeluk tubuhnya yang tidak sempurna? Mengusap kepalanya yang tidak sempurna? Mengajaknya berjalan dengan kaki yang tidak sempurna? Mencintainya sepenuh hati meski hatinya tidak sempurna? Menjaga dan merawat perempuan yang tidak sempurna itu?


Apakah, suatu hari kamu akan bisa?
Untuk tetap jatuh cinta pada seorang perempuan yang tidak sempurna?

Komentar

Daftar Bacaan

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Surat Tanpa Alamat

Pertanyaan yang disimpan

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Manusia Menyebalkan