(Tidak) Sempurna
Bagaimana jika suatu hari seseorang yang
mendampingimu ini hadir dalam ketidak sempurnaan?
Perempuan yang kamu kira memiliki segala
alasan untukmu bahagia ini ternyata banyak kurangnya? Ia masih berjalan tertatih
dari bayangan masa lalu, masih mencari-cari jati diri, masih sering kembali
pada kesalahan yang sama, masih berjalanan dan bertanya-tanya apakah tuhan
tetap memaafkan dirinya?
Bagaimana jika suatu hari perempuan yang
kamu ajak bersama itu banyak kurangnya? Fisiknya tak sempurna. Dia tidak hebat
sama sekali. Cengeng. Lemah. Tidak tahu apa-apa. Bagaimana?
Bagaimana jika seseorang yang telah lama
kamu doakan itu ternyata tidak mampu memenuhi ekspektasimu dalam merangkum
bahagia? Ia sangat tidak sempurna, tidak seperti yang kamu bayangkan
sebelumnya. Bagaimana? Apakah kamu masih tetap bisa menerima?
Ketika langkah kecil
dari perempuan yang kamu gandengan tangannya ini begitu lemah. Tak mampu berjalan dengan cepat atau terburu-buru, bahkan
sesekali terjatuh dan tertinggal, apakah kamu masih mau bersabar? Menunggu atau
bahkan menghampiri perempuan itu? Menguatkan? Mengajaknya berjalan dengan
gandengan yang jauh lebih erat? Tetap menjadikan perempuan itu sebagai
tanggungjawab terbesarmu? Apakah begitu? Atau sebaliknya?
Tahukah kamu,
perempuan itu selalu berusaha menjadi yang terbaik. Selalu berusaha memberikan
yang terbaik. Tak pernah alpa belajar ilmu darimana-mana. Supaya apa? Supaya ia tak melulu merasa
tidak sempurna. Supaya ia percaya diri bahwa ia masih punya kelebihan sedikit,
meskipun kurangnya begitu besar. Ia masih tetap ingin menjadikan dirinya
berusaha berubah menjadi lebih baik, meski berkali-kali menemukan kegagalan.
Perempuan itu
berlarian, jatuh tersungkur menghadap tuhan. Berusaha ingin mengubah diri agar menjadi
yang lebih baik lagi. Ingin melupakan masa-masa kelam. Ingin beranjak menemukan
kedamaian. Perempuan itu sering menangis tersedu atas dirinya sendiri. Tetapi
percayalah, ia tak pernah menyalahkan tuhan. Ia menyalahkan dirinya sendiri
yang baru sadar beberapa hari lalu. Ia menyalahkan dirinya sendiri, mengapa
hari ini baru menemukan bahagia? Mengapa baru sekarang ia ingin berubah?
Seharusnya ia bisa berjalan lebih jauh. Seharusnya, ia bisa lebih kuat dan tak
mudah jatuh.
Perempuan itu selalu
menyesali keterlambatan sadar yang ia punya. Perempuan itu berusaha keras menghidupkan segala yang
mati. Memperbaiki segala yang rusak. Menyuburkan segala yang ingin tumbuh. Menyirami yang gersang,
dan melakukan apa saja agar ia bisa damai dengan diri sendiri.
Perempuan itu tak
pernah menuntut kesempurnaan. Perempuan itu hanya butuh ketenangan jiwa,
meskipun pada akhirnya ia datang dengan tidak sempurna, setidaknya ia sudah
berusaha.
Dalam waktu yang
jauh terbentang antara kamu dan perempuan itu bertemu, apakah suatu hari kamu
akan benar-benar bisa menerima? Apakah suatu hari kamu akan benar-benar bisa
sabar? Bisa menjadi penopang dalam beranjak pergi meniggalkan masa lalu yang
kelam? Berusaha saling menguatkan apabila salah satu terjatuh? Apa kamu akan
tetap bisa menerima perempuan itu meskipun begitu banyak seseorang yang jauh
lebih berhak kamu terima? Apakah kamu benar akan terus melangkah bersamanya?
Menggandeng tangannya yang tidak sempurna? Memeluk tubuhnya yang tidak
sempurna? Mengusap kepalanya yang tidak sempurna? Mengajaknya berjalan dengan
kaki yang tidak sempurna? Mencintainya sepenuh hati meski hatinya tidak
sempurna? Menjaga dan merawat perempuan yang tidak sempurna itu?
Apakah, suatu hari
kamu akan bisa?
Untuk tetap jatuh
cinta pada seorang perempuan yang tidak sempurna?
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!