Tulisan Aneh

Ini sudah yang ke-10 tahun aku menulis tentang cinta. Isinya berubah setiap hari. Setiap aku menemukan hal baru dan bertemu dengan banyak orang lain, aku tiba-tiba berubah pikiran. Soal banyak hal. Tentu saja. Mungkin ini mengecewakan. Tapi begitulah, aku tidak pernah ingin memiliki perasaan takut karena rasa kecewa orang lain.

Yang kurasakan kini adalah, aku tidak tahu apapun. Maaf, karena jika ingin menambah pengetahuan atau sedang mencari tulisan yang menjejalimu dengan kalimat mendayu dan indah-indah, kurasa aku sudah tidak memilikinya sekarang.

Apa itu indah? Apa itu kata-kata? Apa yang seharusnya kutulis? Apa yang penting ditulis? Dan kenapa aku harus menulis hal-hal penting?

Tapi aku barusan menemukan sebuah tulisan di media sosial, bunyinya kira-kira begini “Y’all if yall didnt get this, it does NOT mean that you are loved less. People love differently.” Di sebuah video seorang mbak-mbak yang dilamar dengan sangat-sangat-sangat-sangat indah dan manis.

Sekilas kalimat itu memang menenangkan. Tapi buru-buru otakku menangkap sesuatu. Hal konyol yang pernah kulakukan karena kalimat seperti itu. Ah, sepertinya aku ingat. Dulu, aku pernah mencari-cari cinta seseorang. Saat aku merasa tidak dicintai, aku menjejali diriku dengan doktrin bodoh seperti “Mungkin cara dia mencintaiku itu berbeda.” Lalu aku menahan rasa tidak menyenangkan itu cukup lama (menurutku sih lama).

Dia tidak memperhatikanku, ah boro-boro memperhatikanku, bahkan menghargaiku saja mungkin tidak. Tidak membalas perhatianku, dan meremehkan apa saja yang kuucapkan. Mungkin terlihat baik-baik saja kalau itu sekedar lelucon yang dilakukan jarang-jarang, tapi kalau setiap hari rasanya aku seperti direndahkan.

Kalimat bodoh itu terdengar biasa saja dan lucu awalnya. Tapi lama-lama muak juga. Tidak dianggap, diacuhkan, direndahkan, tidak dihargai, perlahan-lahan sikap itu mengikis perasaanku. Aku bersyukur menjadi seseorang yang mudah terkikis perasaannya jika telah disakiti, itu ternyata sebuah keahlian yang tidak semua orang miliki. Tapi dengan begitu, aku berhenti mencari-cari. Aku berhenti karena aku sudah tidak menemukan tanda-tanda cinta itu dimanapun. Di percakapan, di tingkah laku, di sorot mata, di cara bicara, di sikapnya, di makanan yang biasa kita makan, di tempat yang ingin dikunjungi, di kenangan yang sudah dulu, di impian yang tidak lagi kuinginkan itu. Aku berpaling dari jatuh cinta yang konyol itu. Lalu aku tidak lagi mengharapkan banyak hal dari kisah-kisah romantis.

Aku selalu berpikir kalau semua orang akan berubah. Benar memang. Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Aku mungkin akan terus berubah setiap hari. Kumpulan-kumpulan kejadian itu membawaku menuju aku yang sekarang. Melihat banyak hal dengan lebih egois dan mementingkan diriku sendiri. Mungkin karena aku sangat takut. Atau entahlah.

Lalu aku menemukan banyak hal-hal baik setelahnya. Aku pikir, itu adalah keberuntungan. Ya, mungkin benar. Aku orang biasa yang harus menghela napas panjang saat dipaksa melihat iklan pinjol setiap akan memutar lagu kesukaanku, juga pekerjaan yang tidak membuatku begitu penting hidup di Jogja, dan akun instagram yang begitu-begitu saja. Tuhan memang sangat baik.

Aku sedang ada di fase krisis saat kemudian aku jatuh cinta lagi. Aku mencintai dengan segala kemungkinan terburuk dan keputusasaan. Aku sangat lelah mencintai laki-laki, tapi aku sangat mencintainya. Maka, malam itu aku sudah siap jika harus diacuhkan dan sakit hati lagi. Mungkin tidak masalah jika gagal lagi, toh kata orang di google “Gagal itu biasa”. Lalu aku memulai dengan cinta yang memenuhi organ dalamku. Rasanya seperti ingin meledak. Aku sangat mencintainya. Bahkan sampai sekarang. Ledakan itu mungkin kadang muncul saat aku sedang kangen sekali. Tapi terlepas dari itu semua, aku sangat mencintainya.

Mungkin kata tetanggaku, aku ini bukan orang yang pandai memilih pasangan. Ya, mungkin karena aku tidak memilih orang yang mirip suaminya. Ayolah, aku tidak suka laki-laki yang suka joget di depan sound system dan menyawer biduan. Tentu saja selera manusia beda-beda. Dan mungkin aku harusnya tidak peduli.

Di balik keputusasaanku itu, ternyata aku bisa menjalani hari-hari normal yang hangat. Yang kemudian membawaku kepada percakapan panjang dan seru. Tapi, yang paling kusukai adalah matanya, terutama ketika dia menatapku. Aku menangkap banyak cinta di keduanya. Aku ingin menangis karena pada akhirnya ada seseorang yang menatapku seperti itu setelah sekian lama. Akhirnya…

Lalu aku menemaninya menjalani umur-umur krusial. Krisis ekonomi, gejolak politik, peperangan antar negara yang ternyata juga berimbas pada pekerjaannya. Aku tidak pandai menenangkan orang lain, aku juga bingung. Tapi aku masih berada di sisinya meskipun kutahu dia kehilangan banyak hal sejak kecil.

Komentar

  1. hi shely aku suka tulisanmu yang ini mungkin karena realate yaa hehee

    mungkin gak ya kita bisa bertukar cerita tentah hal ini tapi kayanya gabisa sih aku bukan apa apa soalnya hehee

    tapi gapapa yang penting tetep jadi shel jangan jadi pertamina nanti di oplos hahahaa
    terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejak di sini yuk!

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat