Ditulis saat mengantuk

Seperti biasanya, setelah membaca buku aku terdiam sebentar. 


Dulu, aku sempat merasa takut.. kalau aku (yang perempuan ini) akan mengalami nasib yang sama dengan beberapa tokoh perempuan seperti yang ada di buku sejarah itu. 


Agak alay memang, tapi betul-betul kurasakan takut.. dan penyebabnya ada pada pikiran seperti “Bagaimana jika aku salah memilih laki-laki? Bagaimana jika nanti aku justru bersama dengan orang yang otaknya diisi oleh patriarki dan pemahaman dangkal soal welas asih? Atau mungkin bisa jadi laki-laki beragama yang justru menuhankan egonya? Dan aku? Bagaimana nasibku? Duh, terpanjara begitu saja masa? Tidak mau!! Aku tidak mau dilarang membaca buku, tidak mau dikekang melakukan sesuatu yang kusukai, tidak mau dijadikan budak seks oleh suami sendiri, tidak mau dianggap sebagai seenggok benda yang hanya berfungsi buat melahirkan anak!


Bagaimana jika nanti laki-laki yang kupilih ternyata suka memukul? Bahkan aku yang dibesarkan dengan sangat baik dan disekolahkan tinggi-tinggi oleh bapak tentu bukan untuk dipukul. Bagaimana jika aku terus merasa takut akan anak keturunanku? Amankah dia selepas lahir ke dunia? Sakitkah hatinya ketika lahir dengan ibu seperti aku nanti? Atau perasaan itu terlalu jauh?” 


Jauh sekali sampai aku takut atas pikiranku sendiri. Dan beberapa waktu lalu kutemukan seorang laki-laki yang sama miskinnya denganku. Sama-sama harus bekerja dan membaca lebih banyak buku agar bisa berpijak dengan kuat dengan kedua kaki sendiri. 


Dia yang menganggap aku sebagai seorang perempuan, seorang manusia yang berakal, seorang yang bebas memilih keputusan dan memilih bagaimana aku harus hidup atas pilihanku sendiri, yang sekarang dengan sifat menyebalkannya dia berada di dekapanku. Ya, laki-laki gila dan aneh itu sudah merasuk dalam darah dan mengendap di setiap bagian tubuhku. 

Komentar

Daftar Bacaan

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Surat Tanpa Alamat

Pertanyaan yang disimpan

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Manusia Menyebalkan