Surat untuk dia, juga perjanjian atas diriku sendiri
Entah karena keegoisanku, atau keadaan yang harus membuatku jadi merasa seperti ini. Tapi memang ada baiknya, ketika hati tidak lagi merasa aman, hal-hal kecil dari sekitar bisa lebih terasa dalam. Beberapa waktu lalu, aku merasa benar-benar hancur. Bahkan aku seperti tidak menjadi diriku sendiri. Orang yang kusayangi sepenuh hati ternyata lelah karena sikapku.
Sejujurnya, saat itu aku yang salah. Karena terus-menerus marah. Membuat semuanya jadi terasa lebih berat. Padahal, yang aku butuhkan cuma perhatian.
Saat itu, aku merasa gagal menjadi seorang perempuan. Menjadi pendamping orang yang ingin kuhebatkan. Padahal, dulu saat aku berusaha memilih, aku bersikeras untuk memilih dengan teliti, melihat seksama kira-kira laki-laki ini, apakah dia bisa menjadi hebat?
Tapi, yang kulakukan beberapa waktu belakangan memang sudah keterlaluan. Seolah kehilangan diriku sendiri. HIngga, dia jadi berpikir untuk jalan sendiri-sendiri.
Aku benar-benar terkejut. Merasa begitu kaget. Orang yang awalnya kukira tidak akan pergi, ternyata bisa saja meninggalkan aku. Hubungan yang kukira akan baik-baik saja, ternyata tidak juga.
Aku berusaha menahan, karena tahu... Jika saat itu juga aku tidak menahan, aku akan dilanda penyesalan. Mengingat banyak hal-hal buruk pernah kulakukan padanya. Memikirkan betapa dia sakit hati karena ulahku.Atau bisa saja, dia memang butuh ruang dan aku tidak mampu jadi ruang itu.
Kadang aku berkaca pada ibunya. Orang yang dia sayangi sampai hari ini. Ibunya yang mungkin selalu memberi perhatian secara terang-terangan, atau bisa jadi tidak pernah memperlakukannya dengan tidak baik. Aku yang setiap kali berdoa, mungkin belum cukup untuk memberikan dia kepercayaan kalau setiap kali dia sibuk aku selalu marah.
Ditambah dengan kejadian ketika dia memutuskan untuk berjalan sendirian itu, membuatku merasa mengemis perhatian, aku menjadi terus berpikir, bahwa selayaknya aku tidak pantas diperlakukan seperti ini.
Aku, akan terus menempa diriku. Bukan untuknya, bukan untuk siapa-siapa. Tapi untuk diriku sendiri dan membuktikan bahwa aku lebih dalam dari yang kelihatannya. Aku akan belajar lebih keras, akan terus bekerja dengan giat, mengahbiskan banyak waktu untuk menyembuhkan lukaku dan mengambil lagi harga diriku.
Hingga suatu hari nanti, tidak ada satau pun laki-laki yanag mau melepaskan aku. Aku akan terus belajar sabar dulu. Berusaha menjadi sebaik-baiknya pendamping untuknya. Membuktikan bahwa aku juga percaya atas mimpi-mimpinya.
Kali ini, meski kadang pertanyaan seperti "Apakah dia memutuskan lanjut karena kasihan denganku? Apakah dia masih sayang? " Akan kujadikan sebagai pembakar dari diriku sendiri. Akan kubuktikan bahwa aku bukan perempuan yang selayaknya dipermainkan setengah hati. Atas jalan yang sudah kutempuh, atas sakit hati yang akhir-akhir ini membuatku rapuh, atas ketidakpunyaan waktu untuk menghubungiku, atas rasa rindu yang menusuk, aku berusaha untuk menahannya hari ini.
Mungkin selama ini, aku belum seberapa dalam berjuang. Bukan karena aku malas, tapi kupikir dia akan mengerti.
Mungkin besok lusa, dia akan sadar sendiri. Betapa aku sayang, betapa aku masih tetap mencintai. Betapa aku tidak layak untuk diperlakukan setengah hati, betapa aku tidak pantas ditinggalkan.
Aku akan terus menempa dan memperbaikai diriku berulang-ulang. Dan terus mengejar mimpi-mimpi yang beberapa waktu lalu sempat terhenti. Ya, aku bertanggungjawab atas diriku sendiri.
Mas, kalau kamu baca tulisan ini.. Suatu hari. Entah kita masih bersama, atau tiba-tiba kamu merasa berbeda. Ingat satu hal, dari awal aku selalu berusaha menghargai kamu sebagai seorang laki-laki yang layak dihebatkan. Meski seringnya aku kehilangan diriku sendiri, tapi hal itu bersebab karena ketakutanku. Kalau surat ini tiba-tiba saja kamu baca tanpa rencana, mungkin saat itu aku masih dipelukanmu. Masih berusaha keras menjadi perempuan yang kamu inginkan, dan diriku sendiri inginkan. Atau barangkali, kita sudah berpisah dan pergi.
Tapi, doa-doaku yang selama ini kugaungkan tetap menujumu. Entah kamu akan bertemu perempuan lain, atau perempuan lain adalah aku, aku sangat berterima kasih atas hari-hari bahagia yang pernah kita ciptakan berdua.
Makasih atas semuanya. Semoga hubungan ini lekas membaik. Aku sayang sama kamu, seperti sayangku sama susu kotak. Cuma, karena terlalu sering, akan membuatku gendut dan tidak baik, jadi aku harus sedikit menahannya. Supaya aku tetap bahagia, supaya kamu juga bahagia.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!