Setiap kali menulis, sebenarnya aku..
Setiap ingin menulis sesuatu, rasanya ada ketakutan yang engga bisa aku kendalikan. Jujur, aku sangat takut. Aku takut jika orang yang membaca tulisanku bilang "Lah, kayak gini aja ditulis sih, lebay banget" atau hal-hal lain yang membuatku kehilangan percaya diri lagi. Atau jika ada hal yang membuatku tertekan, kemudian aku sangat ingin menulisnya, aku masih takut kalau orang yang membaca nanti justru malah membully aku karena dianggap lemah. Di samping itu, aku juga takut kalau ada orang yang jauh lebih pintar dari aku tiba-tiba membaca di halaman pertama kemudian dia bilang "Ah, pemikirian receh kayak gini cuman jadi sampah aja deh". Aku takut, aku takut kalau ada orang terdekatku yang membaca tulisanku lalu mereka bilang "Idih, sok bijak banget sih Lo!" Aku masih takut semua itu.
Jadi, seringkali aku berhenti di tengah-tengah paragraf dan tidak melanjutkan tulisanku karena aku takut dengan semua bayangan yang ada di kepalaku sendiri. Aku masih merasa begitu kecil untuk memberitahu kepada banyak orang tentang isi kepalaku. Aku masih belum kuat melihat banyak cercaan yang mungkin akan ada di depan sana. Aku masih takut untuk terus-terusan menulis di instagram dan membuat oranglain terasa terganggu. Aku takut mereka justru menganggapku caper atau menye-menye. Aku masih takut itu semua.
Ilmuku, masih jauh sekali dari kata layak untuk menulis sesuatu. Tetapi, cita-citaku ingin menjadi penulis. Aku ingin menjadi salah satu dari nama-nama yang terjejer di rak buku Gramedia. Aku ingin menjadi salah satu penulis yang bisa bedah buku dan terbang menjelajahi kota-kota lain. Aku ingin menjadi itu Ya Allah.
Tapi aku masih takut. Aku masih takut karena aku merasa masih terlalu kecil. Aku masih takut karena aku masih terlalu membandingkan diriku dengan oranglain. Padahal, rasa insecure engga bakaln bikin aku jadi penulis. Aku takut dengan semua bayangan itu, padahal semua yang aku pikirkan belum tentu terjadi.
Pernah, atau bahkan sering aku bertanya dengan orang-orang yang menurutku hebat, sampai yang menurutku dia itu orang yang menyeramkan. Aku nanya, apakah dia engga pernah merasa takut? Jawabannya pasti pernah. Semua orang pasti pernah takut. Aku yakin, karena sekuat-kuatnya manusia, dia tetaplah manusia. Manusia yang meskipun hatinya sekeras baja, pasti puny celah juga. Kesempurnaan itu memang engga ada, dan engga akan pernah ada kecuali yang dimiliki Allah.
Aku memang engga pernah menuntut oranglain buat sempurna. Tetapi, aku selalu menuntut diriku sendiri untuk itu. Entahlah, pada baris ke beraa nanti yang bisa bikin aku bertumbuh dan dewasa satu langkah dari paragraf pertama. Karena menulis bagiku adalah sarana untuk berdiskusi dengan diri sendiri. Dengan aku menulis seperti ini, rasanya aku bisa menyampaikan ketakutanku kemudian memberinya solusi dalam sekali waktu. Tidak takut buat engga didengar, tidak takut merepotkan siapa-siapa, tidak malu kalau oranglain meremehkan apa yang aku bicarakan, dan sejuta ketakutan-ketakutan lain yang selalu ada di dalam kepala.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!