Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Dua Orang Manusia yang Bernama Kita

Gambar
Kita ada sepasang tanda tanya tanpa mengapa. Sebuah rambu-rambu yang tak mampu menunjukkan titik temu. Kita adalah segaris warna abu-abu. Entah hitam, entah putih. Kita adalah sebuah kata yang tak paham maksudnya. Sebuah diksi yang hanya mampu diterjemahkan oleh diri sendiri. Kita adalah sesosok manusia yang banyak bicara, tetapi tak mampu untuk saling bertanya.  Kita terjebak pada kata semoga. Sebuah kata paling lemah saat dua manusia dihadapkan pada ketidakmampuan dalam berbuat apa-apa. Kita saling menutup rasa ingin tahu, saling memenggal tanda tanya baru. Saling memberi titik pada kalimat tanya. Memberi tanda miring pada sebuah ungkapan kita bukan siapa-siapa.  Dua orang manusia yang bernama kita adalah wujud dari ketidakberdayaan pada dunia. Sebuah perumpamaan pahit dari takdir. Dua potong manusia yang sedang menunggu waktu. Entah kapan. Entah akan tiba atau tidak waktu itu. Entah berakhir dengan kalimat apa nantinya.   Tidak ada masa yang terlalu lama ...

Bohong

Gambar
Cemburu?  Tidak, aku tidak pernah merasa cemburu.  Kenapa harus cemburu? Aku siapa?  Suka?  Tidak,  aku tidak suka.  Kenapa harus ada rasa suka?  Kita kan teman.  Takut kehilangan?  Ah,  apalagi ini.  Memiliki saja tidak, bagaimana mungkin aku takut kehilangan sesuatu yang bukan milikku?  Tidak,  aku juga tidak sedang lelah.  Aku baik-baik saja.  Sungguh.  Aku sehat,  tidak kurang suatu apapun.  Tidak ada rasa sakit dan aku sangat berbahagia hari ini.  Apa?  Air mataku jatuh?  Oh,  ini mungkin air mata bahagia.  Air mata tak melulu menandakan ada luka kan?  Berbohong?  Bolehkah ku katakan iya?  Aku perempuan kan,  Punya perasaan.  Sering bertanya-tanya.  Sering memendam rasa. Sering bertele-tele. Memendam semuanya. Perasa.  Dan, Sangat merindukan kamu sebenarnya.  Aku ingin membuang rasa takut....

Berjuang Sendirian?

Gambar
Berjuang sendiri itu tidak mudah. Ketika dunia berlomba- lomba untuk menjatuhkan aku,  disana susah payah aku harus menguatkan kedua kakiku.  Disaat kenyataan merombak akal pikiran,  aku sendiri yang tergugu menatap kegagalan.  Rasanya,  berjuang  bukan lagi hal yang menyenangkan. Kalau dilakukan sendirian.  Aku butuh kamu sebenarnya.  Banyak hal yang ingin aku keluhkan,  ingin aku ceritakan,  ingin aku utarakan, dan banyak lagi ingin yang hanya butuh didengar.   Aku butuh kamu disaat aku gagal menggapai sesuatu.  Aku butuh kamu disaat aku ingin memutuskan sebuah pilihan.  Aku hanya ingin melihat bagaimana pendapatmu, apakah setuju?  Atau sebaliknya?  Aku hanya ingin kamu dengar,  meskipun kamu tidak tahu semendera apa perasaanku---sungguh tak mengapa.  Yang pasti aku hanya butuh diberitahu kalau di dunia ini aku tak sendirian.  Kamu masih ada dengan semua ...

Melipatgandakan Rindu

Gambar
Pertemuan ternyata tak pernah mengentaskan rindu.  Ia hanya merubah wujud dari yang awalnya rindu,  menjadi sangat sangat sangat rindu. Pertemuan justru melipatgandakannya menjadi beberapa bagian.  Kemudian masing-masing bagian menghujam hatiku dalam-dalam.  Kata orang,  dalam setiap pertemuan kita akan menyelesaikan rindu yang dulu tertahan.  Kita akan bahagia,  karena pada akhirnya perasaan yang kemarin dijaga dengan seksama,  akhirnya menemukan balasannya.   Memang,  aku bahagia.  Beberapa menit aku bersyukur karena akhirnya semesta mempertenukan kita.  Aku bahagia karena pada akhirnya doaku yang dulu ingin bertemu dengan kamu terkabul juga.   Tetapi,  entahlah.   Ternyata bahagianya hanya ketika kamu berada di sampingku. Bahagianya ketika kita bercerita seperti dulu.  Bahagianya ketika beberapa saat mata kita saling berpapasan.  Bahagia ketika suaramu kini ku ...

Yang Kedua

Gambar
Kepada Dzat yang menciptakan setiap pertemuan.   Beberapa hari lagi,  aku bertemu dengan dia.  melumpuhkan segala jarak yang panjang.  Meniadakan sekat antara satu kota dengan kota lainnya.   Beberapa hari lagi aku bertemu dengannya.  Seseorang yang menjadikanku sekuat ini. Seseorang yang terus-menerus mengingatkan.  Dia yang selama ini menjadi penopang agar aku masih mampu berdiri.  Satu-satunya alasan mengapa ceritaku harus ku selesaikan..  Dulu,  kita dipertemukan karena tulisan.  Kini kita dipertemukan karena buku.  Mencintai ilmu ternyata bisa se romantis ini.  Aku menyukainya karena dia suka membaca.  Aku menyukai isi kepalanya yang membuatku bisa lama-lama mendengar ceritanya.   Rasa-rasanya,  bayangan yang ku reka ketika di toko buku, melihat dia sedang ikut memilih judul di sana,  akan terwujud dengan dia yang nyata.   Dzat yang menciptakan pe...

Hukuman Sebuah Lupa

Gambar
Mungkin ada seseorang yang aku sakiti tapi aku lupa, mungkin ada sebuah janji yang belum ku tepati tapi aku lupa,  mungkin ada masa lalu yang menyakitkan tapi aku lupa,  mungkin ada seseorang yang menyakitiku tapi aku lupa.  Aku tidak tahu,  kejadian apa yang membuat beberapa hari ini terasa sakit.  Sukar menangis,  padahal dadaku sesak luar biasa.  Tanpa sebab yang jelas,  aku merasa sakit hati.  Terlebih ketika kemarin menjelang ashar hujan deras.  Banyak sekali rintik hujan yang jatuh,  sebanyak itu sakitku menjadi keluh.  Kenapa?  Apa ada yang salah? Aku kenapa?  Kataku pada diri sendiri.  Aku buka Alqur'an random dan ku baca artinya, aku malah menemukan ayat² yang menceritakan orang-orang kafir.  Aku justru menemukan ayat yang menceritakan kaum nabi nuh,  kaum nabi luth, kaum fir'aun.  Ku buka lagi aku malah menemukan peringatan hari kiamat.  Aku buka lagi,  aku menemukan...

Sebuah Ungkapan Permohonan Maaf

Gambar
Maafkan saya ya.  Saya belum pandai jaga diri.  Saya masih suka berbaur sama banyak laki-laki karena tuntutan kuliah.   Maafkan saya yang dengan umur segini,  saya masih belum bisa menjadi apa-apa.  Saya masih stagnan, sering menangis,  sering mengeluh,  sering menyalahkan takdir,  entahlah..  Semoga ketika perjumpaan kita di tahun yang entah ke berapa...  Saya sudah sembuh dari penyakit itu semua.  Mas,  maafkan saya yang sering menangis ke oranglain,  yang entah itu kamu atau bukan. Maafkan saya yang selalu saja lupa sama kasih sayang Allah.  Maafkan saya yang belum bisa mencapai target-target hebat seperti yang saya janjikan sebelum bertemu dengan kamu.   Mas,  maafkan saya kalau ilmu agama yang belum seberapa. Bahkan  sering pelupa,  nanti bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan anak kita yang pasti lebih kritis dari saya.  Bagaimana saya bisa merawat dan mendidik ana...