Melipatgandakan Rindu




Pertemuan ternyata tak pernah mengentaskan rindu.  Ia hanya merubah wujud dari yang awalnya rindu,  menjadi sangat sangat sangat rindu. Pertemuan justru melipatgandakannya menjadi beberapa bagian.  Kemudian masing-masing bagian menghujam hatiku dalam-dalam. 

Kata orang,  dalam setiap pertemuan kita akan menyelesaikan rindu yang dulu tertahan.  Kita akan bahagia,  karena pada akhirnya perasaan yang kemarin dijaga dengan seksama,  akhirnya menemukan balasannya.  

Memang,  aku bahagia.  Beberapa menit aku bersyukur karena akhirnya semesta mempertenukan kita.  Aku bahagia karena pada akhirnya doaku yang dulu ingin bertemu dengan kamu terkabul juga.  

Tetapi,  entahlah.  

Ternyata bahagianya hanya ketika kamu berada di sampingku. Bahagianya ketika kita bercerita seperti dulu.  Bahagianya ketika beberapa saat mata kita saling berpapasan.  Bahagia ketika suaramu kini ku dengar dengan nyata.  Bahagia lagi ketika aku duduk di sampingmu dengan nyaman. 

Selepas momen bahagia itu,  aku termakan oleh perasaanku sendiri.  Berat sekali meninggalkan kamu.  Berat sekali melihat punggungmu menjelma pilu.  Berat sekali menerima kenyataan bahwa kita harus berjalan sendiri-sendiri lagi. 

Seolah semesta sedang berbicara padaku. 

"Sudah,  bahagianya sudah tadi..  Sekarang ikhlaskan dia pergi dan ayo belajar lagi. " 


Aku memang mengangguk, menyetujui takdir, merelakan kamu berjalan semakin menjauh,  dan aku juga berjalan sendirian lagi.  Tetapi,  tetap saja ini begitu berat.  Langkah kakiku berat untuk  ku buat menjauh,  hatiku terus menerus mendikte isi kepala agar aku tak kemana-mana.  Tanpa kusadari,  rindu itu tak pernah luruh..  

Justru.. 

Rindu itu tumbuh membesar menjadi komponen yang entah semengerikan apa.  Rindu itu bereplika, menerkam hatiku dari belakang. 

Dadaku pilu,  ternyata pertemuan itu adalah ujian perasaan.  Bukan hanya untuk aku belajar merelakan,  tetapi bagaimana caraku tetap menjaga agar rinduku ini hanya menjelma kata saja.  Bukan menjalar kemana-mana.  

Ah,  susah rupanya.. 
Kadang aku sering tak dapat tidur karena memikirkan kamu.  Sebenarnya apa yang perlu ku fikirkan dari kamu?  Kamu laki-laki,  sehat,  bisa makan sendiri, mandiri,  sudah dewasa. Jadi.. Sebenarnya yang perlu ku khawatirkan dari kamu itu apa? 

Sejauh ini aku masih bertanya-tanya...

Apa? 



Kamu


Me



Rin


Du



Kan





Aku



Ju


Ga? 

Komentar

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Tulisan Aneh

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat