Dimanja Takdir

Aku adalah perempuan yang dimanja takdir.  Selalu saja diberikan apa yang aku butuhkan tanpa aku meminta. Selalu diberikan lebih dari apa yang seharusnya aku terima.  Dalam benakku sendiri,  aku menyesal setiap hari, aku malu mengapa dulu aku begitu sombong,  begitu sok pandai menghakimi bahwa aku tidak pantas mendapatkan garis cerita ini.  Padahal aku tidak tahu apa-apa.  Padahal aku belum menjalaninya.  Dari sekian banyak hadiah yang diberikan Allah padaku,  aku paling bersyukur atas dipertemukannya orang-orang baik.  Orang-orang yang tidak pemarah meski sikapku selau mengundang amarah,  orang-orang yang tiba-tiba saja ada disaat aku tidak punya apa-apa, orang-orang yang rela mengulurkan tangannya meski tahu aku pasti menolaknya.  Setiap hari aku tak lepas dari kata malu,  malu dengan takdir Allah,  malu untuk mengeluh,  malu untuk tidak bersikap baik terhadap ciptaan-Nya,  malu atas perilaku yang selama ini mengikis imanku,  malu sekali, seribu kalimat malu diulang-ulang pun rasanya belum cukup. Terimakasih,  Ya Allah..  Selama ini aku selalu dimanja takdir.  Aku selalu di dikte dengan kejadian-kejadian kecil,  selalu ditatih perlahan agar aku yang bodoh ini paham. Bahwa semakin hari,  cerita ini harus kuselesaikan sendirian.  

Andai detik yang lalu bisa kuulang,  andai setiap waktu yang pergi bisa kuperbaiki,  andai aku tak hanya mampu berhalusinasi, aku akan dengan cekatan meminta maaf kepada semua orang..  Aku dengan sekuat tenagaku akan belajar lebih giat lagi..  Belajar lebih dalam tentang apa yang akan aku hadapi nanti..  Belajar untuk tidak menjadi beban oranglain,  melangkah dengan kaki sendiri,  menyelesaikan semuanya tanpa harus merepotkan sana-sini.

Entah dengan ekspresi apa aku harus mengakhiri paragraf ini.  Dengan isakan tangis atau dengan senyuman manis.  Entah dengan kalimat mana agar aku tak terkesan hiperbola.  Dalam segala sudut cerita,  aku tetap saja malu menatap langit,  malu untuk tidak fokus pada hal yang sudah ada di depan mata.  Meski tak sedikit aku diremehkan,  meski banyak yang tidak percaya, meski sebagian merasa khawatir pun kecewa,  aku akan terus berusaha..  
  Setelah hari ini,  mungkin akan ada yang lebih rumit lagi, mungkin ada yang lebih panjang lagi alurnya.  Tetapi semoga,  aku yang kekanak-kanakan ini sudah tumbuh menjadi lebih dewasa. 
Terimakasih takdir,  aku selalu dimanja meski ditempa dengan hebatnya.  Aku percaya bahwa yang terbaik pasti akan datang tanpa kita meminta..  Tapi sejauh mata memandang,  izinkan aku untuk tertunduk takjub dengan degupan tuhan yang selalu menyertakan cahaya dibalik kegelapan.  Selalu menyertakan kasih sayang-Nya dibalik peliknya masalah.  Atas segala limpah yang diikutsertakan dalam langkah,  aku bersumpah untuk terus berjalan sesuai arah.
Atas segala resah yang sempat membuatku goyah,  aku akan bersikeras menerima.  Apapun yang diberikan.  Betapapun sulitnya.  Bagaimanapun caranya, aku akan berusaha.  
Kumohon bantu aku untuk mengunci mulutku agar tak ada keluh kesah.  Agar peluh yang nanti keluar dari kulit ayah tak membuat Allah marah.  Aku harus selalu bahagia bagaimanapun caranya. 
Sekali lagi terimakasih takdir,  sudah memanjakanku sehebat ini..  

Komentar

Daftar Bacaan

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Surat Tanpa Alamat

Pertanyaan yang disimpan

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Manusia Menyebalkan