Bicara sendiri

 Ada banyak hal yang berubah. Mungkin diriku sendiri juga berubah. Beberapa orang yang dulu kuanggap sangat keren, kini terlihat biasa saja. Bahkan orang yang dulu tidak begitu kusukai ternyata sekarang bisa memakluminya. Entah aku yang banyak berubah, atau cara pandangku, atau apa? Aku tidak terlalu mengerti, juga tidak terlalu ambil pusing. 

Aku ini, ingin sekali menjadi penulis. Tapi sesekali, aku takut tulisanku dibaca oleh orang lain. Aku selalu ingin orang lain menerima hal-hal yang baik saja dari diriku, dan sialnya aku bahkan tidak tahu apa hal baik yang bisa kubagi dalam tulisan yang aku buat. Mungkin disitulah alasan kenapa aku harus banyak membaca buku, lagi, setiap hari, entah sampai kapan. 

Hidupku ini tenang. Tenang sekali. Aku melakukan sesuatu yang sama setiap hari. Jujur aku menyukai ketenangan ini, semua seolah sesuai dengan apa yang kuharapkan. Aku senang, karena dulu tak begini hidupku. Aku harus berapa kali bilang kalau aku bersyukur ya? Ya Allah, aku senang dengan segala hal yang Engkau beri. 

Aku tahu karena aku sudah sangat dewasa. Jika aku ingin menjadi penulis, maka aku harus menulis. Meskipun aku setiap hari berdoa khusyuk 24 jam dzikir nonstop, aku tidak akan menjadi siapa-siapa kalau tidak melakukan sesuatu. Tapi kadang aku berpikir, aku ini memangnya ingin menjadi siapa? Apa bisa ya, menjadi penulis tapi diam-diam saja? Tapi apakah aku ini sehebat itu? 

Dulu aku malu mengakui bahwa aku ini tidak ada hebat-hebatnya. Biasa saja. Aku malu. Tapi, hei, memangnya kenapa kalau tidak hebat? Memangnya kenapa kalau jadi biasa saja? Apa semua orang itu harus menjadi hebat? Eh, tapi sebenarnya hebat itu yang seperti apa? Bukankah, semua orang punya pandangan berbeda terhadap orang lain? Seperti halnya mantanku yang mungkin menganggap aku perempuan bajingan yang cepat sekali move on, tapi pacarku sekarang menganggapku perempuan manis yang lembut? Semua tergantung mindset, bro. wahahahaa.

Aku sudah lama menjadi orang setengah dewasa, setengah kadal, setengah lagi mbak-mbak yang bekerja menjadi karyawan di salah satu start up di Jogja. Tidak mendapatkan tekanan hebat dari hidup itu ternyata rasanya luar biasa. Aku bilang ke diriku sendiri untuk menikmati ketenangan ini beberapa waktu. Menjadi orang pemalas yang hanya mencari uang dan hidup, kemudian gajian dan makan ayam. Sesederhana itu sebenarnya. Tapi aku ingin sesekali mempertaruhkan sesuatu lagi. Aku ingin menjadi penulis sebelum 25 tahun. Dan ya, sebanrnya aku sudah menerbitkan 2 buku, di penerbit indie. Tapi aku mual membaca tulisanku zaman dulu. Ya, tentu saja manusia berubah. Pikiranku juga sudah berubah. Mungkin aku yang dulu akan membenciku yang sekarang, tapi itu tidak masalah. Bebas mau berpikiran seperti apa.

aku tidak memaksa diri untuk capek-capek mengelilingi jogja demi memuaskan orang lain. Barangkali, tidur di kos dan hanya bermalas-malasan adalah impianku yang sudah kuraih selama ini. Tapi beberapa kali aku agak khawatir memang, bagaimana kalau nanti aku hidup begini-begini saja? Tapi kalau dipikir lagi, hidup begini apa salahnya? Hahahaha, sial. Kadang bicara dengan diri sendiri lebih seru. 

Aku tahun ini 23 tahun. Bagi beberapa orang, 23 tahun itu masa-masanya seseorang jadi sok pintar dan merasa paling benar, paling mengerti hidup, padahal belum tahu banyak hal (mungkin). Ya, mungkin ada benarnya, tapi tidak seluruhnya benar. Usia seperti aku memang usia-usia orang sok tahu. Seperti aku ini, merasa paling tahu banyak hal karena aku bekerja di sosial media dan mengikuti hal-hal trending tiap saat. 

Beberapa waktu ini, aku heran dengan orang-orang yang 20 tahun sudah menulis buku non fiksi tentang seni kegagalan. Karena dia keren sekali, bisa menceramahi orang lain bagaimana menghadapi kegagalan, yang bahkan ada banyak kegagalan lain yang belum ia coba wkwkwkwk. Mungkin kegagalan yang ditulis tidak jauh dari kegagalan yang selayaknya dialami oleh orang-orang usia 20 tahu ke bawah kan ya? Iya mungkin saja begitu. 

Tapi begitulah dik, aku ini tumbuh menjadi seorang yang memikirkan hal-hal penting dan tak jarang selalu berpikir negatif. Mungkin aku harus membaca banyak buku cara menerima kegagalan atau semacamnya. Tapi aku sudah tidak membaca buku semacam itu, ah sial. Karena aku merasa buku-buku semacam itu justru membuatku lemah. Aku ingin menjadi kuat dan badas dalam menghadapi masalah. Ingin hidup santai tanpa harus merespon masalah dengan cara yang berlebihan. Ya, aku malas berhadapan dengan hal-hal remeh yang menyulitkan hidup. Aku cuma ingin hidup seperti ini. Hidup tenang. Tapi kalau aku bilang begitu, beberapa orang akan bilang "Hidup jangan begitu, harus ini, harus itu" yaaa, baiklah. Nanti aku akan belajar begitu.

Jadi kembali lagi fakta bahwa aku ingin menjadi penulis. Yang serba insecure dengan apa yang ada di kepalaku. Tapi apakah sebenarnya orang-orang juga memikirkan hal yang sama? Atau bahkan lebih parah? Ya, ya mungkin saja. Aku sudah hampir 3 tahun tidak ada kemajuan di bidang tulis menulis. Harusnya, ya, minimal aku bisa menerbitkan buku lagi. Tapi sebenarnya sih aku bisa. Tapi apakah buku yang kutulis bagus? Entahlah. Aku masih ingin merasakan sensasi bangga kalau ada orang yang terkejut dengan statusku yang ngakunya penulis tapi lama tidak menulis buku ini. Hahahaha

Semoga saja aku bisa segera menyelesaikan buku ketigaku. Agak aneh isinya, tapi yasudahlah ya. 


Komentar

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Tulisan Aneh

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat