Merasa lesu, tapi kalau dinafkahi belum mau

Seperti perempuan yang berumur 20 tahun lainnya, aku suka mendengarkan lagu sedih meskipun aku tidak sedih sama sekali. Setidaknya, ada hal lain yang lebih penting dari sekedar rasa sedih. Tetapi aku sekarang sedang merasa…. Emm apa ya namanya ini? Perasaan yang tidak tahu apa namanya ini, agak mengganggu kehidupanku. Mungkin bosan, mungkin capek, bisa juga dibilang bingung karena tidak punya uang. Kadang, tengah malam aku bertanya ke diriku sendiri. Pilihanku yang kemarin itu? Apakah sebenarnya salah? Apa memang seharusnya aku merasakan hal ini? Detik ini? Ah, aku malu mengakuinya tapi inilah yang orang-orang sebut “Penyesalan”.

Papa tahu, hal yang paling kubenci di dunia ini adalah rasa menyesal dan orang yang berusaha membuatku menyesal. Double kill yang menyebalkan. 

Tapi, kenapa seolah dunia ini saling bahu membahu membuatku merasa menyesal! Anjirla, menyebalkan sekali!

Kita agak bergeser dari topik soal “tidak punya uangku” ya.. ini topik yang kedua. Kenapa kepalaku selalu sakit setiap menjelang maghrib? Ini sangat menyebalkan, serius. Aku harus ikut kelas lagi dari jam 7-10 malam loh! Dan aku malah selalu merasa meriang, sakit, seperti orang yang tidak makan tiga hari, padahal aku makan banyak sekali setiap hari. Ya, karena anak salah jurusan harus punya banyak strategi bertahan hidup di jurusan ini? (Mungkin ini yang membuat semua uangku habis?)

Bagaimana? Sudah terlihat menyebalkan belum kehidupanku? 

Oh iya, seharusnya aku mensyukuri satu hal. Yakni aku masih bisa duduk plonga-plongo di bawah pohon mangga ini. Aku masih bisa memakai kemeja putih papa yang diam-diam kubawa ke kos. Kalau ada orang yang melihat, aku lebih mirip seperti mbak-mbak kurang makan dengan gaji di bawah UMR yang menyedihkan. Di bawah pohon mangga ini, aku melihat semut kecil yang juga bingung. Mungkin di dunia semut, dia juga salah jurusan (?) entahlah. Hanya semut dan tuhan yang tahu. 

Mataku ini, sudah nambah lagi minusnya. Juga otak dan akhlakku juga ikut-ikutan bertambah minus. Tapi anehnya aku nyaman hidup begini, hidup dengan banyak hal yang harus aku kerjakan. Makan roti, scroll tiktok, paketan habis, mengganggu teman kos, ngalamun, kuliah, bekerja, makan oseng terong, dan masak mendoan. Jadi seenggaknya, aku agak berfungsi sebagai manusia yang menghabiskan oksigen di bumi. 

Tahu tidak, sejujurnya tadi aku berniat ingin menulis puisi cinta dengan genre sedih dan mengenaskan. Tapi rasanya, hatiku sudah terlalu kaku untuk menulis rasa-rasa itu. Perasaan yang sedih dan kata-kata motivasi di instagram sudah tidak relevan lagi nempel di otakku. Sekarang yang kubutuhkan tinggal… kebahagiaan diriku sendiri dan anak tetangga. Heh. Maksudku, anak tetangga yang masih bayi dan botak lucu itu. Anjirlaa kok bisa aku justru kangen sama anak tetangga dibandingkan dengan orangtuaku di rumah. Maaf Ma, anakmu ini memang perlu dikasih uang jajan lagi supaya tidak stress di Semarang. 

Sudah maghrib, aku harus kembali ke kamarku dan bersiap buat kelas selamjutnya. Kadang aku mikir, ini sebenernya yang menjadi robot itu siapa? Alat yang kubuat? Atau justru diriku sendiri? Omaigat!! Setengah tahun aku harus merasakan ini. Baru hari keempat kuliah dan aku sudah seperti orang yang kehilangan kewarasan. Papaaaaa aku pengen menikah dengan anime!!!!

Komentar

  1. Smangats dek Shelly... Kamu bisa... ��

    BalasHapus
  2. Kamu sepertinya harus menikahi husbu bernama marcus aurelius bukunya meditation, kecemasan bukan ancaman,

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan jejak di sini yuk!

Daftar Bacaan

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Surat Tanpa Alamat

Pertanyaan yang disimpan

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Manusia Menyebalkan