Tuhan, kenapa aku kece banget?
Perempuan gila, katanya. Aku dengan rambut se-bahu dan terurai tidak mendengarkan omongan itu. Kututup rapat-rapat pintu kamarku, juga duniaku, juga celah di antara bolongan tikus, juga lubang-lubang udara. Aku tidak lagi ingin bernapas di udara yang sama dengan orang di sekitarku. Berkali-kali ingin pergi, tapi tidak tahu kemana. Ingin sekali-sekali aku menggunakan semua uangku (yang nggak seberapa itu) untuk terbang ke pulau entah berantah dan bertemu dengan orang dengan warna kulit yang berbeda denganku.
Baru aku ingat. Beberapa waktu belakangan, mama selalu memberiku dress putih selutut. Sekejab, orang akan memandangku sebagai perempuan yang sinting dengan seragam rehabilitasi di ruanganku sendiri (yang kebetulan warnanya juga putih). "Aku butuh cinta, mama. Aku butuh dipeluk selain diriku sendiri."
Entah apa yang kulakukan, entah apa yang kupikirkan. Semakin gelisah rasanya saat ada orang yang dengan terang-terangan memujiku cantik dan pintar. Setidaknya setiap hari aku mendengar cuitan perempuan di luar sana yang kagum dengan apa yang kutampilkan di beranda sosial mediaku. Lewat tulisan yang sejujurnya pelarian dari masalah hidupku yang entah besar entah tidak ini.
Aku harus ke psikolog, karena aku krisis kepercayaan diri, juga kepercayaan pada semua bentuk yang ada di bumi ini. Entahlah, kenapa sekacau ini ya? Pikiranku? Kenapa? Apa penyebabnya? Apa aku cuma butuh waktu luang untuk mencerna rasa bahagia?
Tidak apa sebenarnya, cinta pada diriku sendiri yang abu-abu ini mengagumkan. Setidaknya, aku selalu menganggap aku layak buat diriku sendiri, meskipun aku merasa tidak layak dengan orang lain. Aku merasa jauh lebih baik ketika aku melihat orang yang aku cintai juga mencintaiku. Tapi, setelahnya, muncul ketakutan yang amat dahsyat, menjelma jadi batu sebesar bumi dan jatuh tepat di kepalaku. Sakit rasanya, tentu saja. Pusing, bagaimana kalau setelah ini aku dibunuh (lagi?). Bagaimana jika aku tercampakan dengan amat menyakitkan (lagi?). Bagaimana kalau dunia cuma ingin membuatku jatuh dan lebam (lagi?)
Itu mungkin permasalahan yang pertama.
Kedua, aku ada banyak pilihan dalam hidup. Tapi sejujurnya, aku ini masih payah dalam mengambil keputusan dan bilang "tidak". Sampai-sampai Gilang, temanku yang hampir kafir itu berkata kalau aku suka membuat diriku sendiri repot. Entah ya. Bukan repot sebenarnya. Aku hanya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Rasanya, waktu berjalan begitu cepat pemirsa, dan aku bingung harus mulai dari mana.
Ketiga, aku tertekan di kedua tempat kerjaku. Banyak hal yang membuatku tertekan, terutama ketika aku sudah merasa kelelahan. Rasa ingin menghilang dari bumi sudah sering muncul ribuan kali. Kalau boleh diberi nama, penyakit gila nomor 1A adalah ketika aku sudah mulai mengirim pesan ke temanku bahwa "Aku kayak malas hidup." . " Malas hidup miskin" imbuhku lagi.
Aku jadi merasa agak durhaka dengan tuhanku yang amat kusayangi. Mengeluh tanpa terus bersyukur kalau aku dilahirkan. mensyukuri bahwa semua ini (katanya adalah kenikmatan). Kalau dari cerita yang kudengar dari temanku, di buddha sana, cara buat bahagia itu salah satunya dengan menekan dan membatasi apa yang kita mau, hidup dengan sesederhana mungkin. Baguslah kalau bisa hidup seperti itu, bagusnya lagi kalau di dunia ini aku bisa punya banyak uang dan memiliki suami yang pengertian (juga tampan, pintar, setia, lucu, menyenangkan, seperti Gojo Satoru).
keempat, dunia ini membosankan. Setidaknya dalam dua hari ini, karena aku bingung lagi ingin berbuat apa selain ngalamun dan mengerjakan tugas. Bahkan, jujur aku muak melihat layar monitor. Aaaaargh, cukup sudah menghilangku dari dunia tipu-tipu dan aku ingin kembali menjadi mbak-mbak sibuk dengan gaji di bawah UMR.
Moodku yang agak aneh ini, mungkin juga akibat dari datang bulan yang harusnya jatuh beberapa hari lagi. Entahlah, aku berbahagia saja melihat diriku yang kadang menyenangkan tapi menjengkelkan dalam satu waktu. Mungkin, benar kata temanku, nanti suamiku akan menjadi seorang filsuf jika ia tidak sabar menghadapi monster dan srigala yang ada dalam diriku. Tapi persetanlah soal orang lain, lagi-lagi aku hanya ingin menulis apa yang ada di pikiranku supaya orang yang kusayangi tidak keberatan hidupnya. Ya, bagaimana ya... Kadang aku merasa tidak layak buat bersedih terlalu lama akibat hal yang sejujurnya tidak jelas.
Sedih sekali hidupku ini. Padahal aku hanya ingin uang yang banyak dan kisah cinta yang menyenangkan. Itu saja tuhan, selebihnya biar aku ikhtiar mencari sendiri komponen bahagia lain dengan ridho-Mu (tentu saja supaya aku masih diakui sebagai hamba yang taat).
Sekian, celotehan dariku. Entah ada isinya atau tidak. Tapi ya beginilah wahai pembacaku, yang paling kusayangi. Aku hanya manusia yang seperti ini. Manusia yang diciptakan Tuhan saat adzan Dhuhur berkumandang. Jadinya seperti ini, kece sekali. Semoga saja, kamu masih mencintaiku. Sama halnya aku mencintai kekasihku. Hehe, lafyu.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!