Setelah gerimis di Jogja
Aku berterima kasih karena tahun lalu hal paling sedih yang aku temui hanya ketika Gojo Satoru mati dan Eren dipenggal. Setelahnya, tidak ada hal-hal buruk yang membuatku sesenggukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Perasaan tenang dan menyenangkan itu yang membuatku semakin menyukainya.
Sesekali aku melihat jalanan Jogja yang gerimis di pagi hari, melewati lampu merah Tugu Jogja dan berhenti sejenak. Hidup ini yang mungkin kuimpikan beberapa tahun lalu. Kerja sebagai content creator di bidang teknologi, gaji yang cukup untuk membuatku hidup, teman yang baik, dan kekasih yang menyayangiku.
Kalau dulu aku ingat pernah harus memakai flatshoes 35k yang sudah jebol berminggu-minggu dan harus jalan kaki menyusuri Semarang yang panas, rasanya hari ini cukup sekali. Apalagi mengingat saat aku disakiti oleh orang-orang di masa lalu dan membuatku gerd 3 bulan dengan berat badan turun drastis saking bodohnya. Aku beruntung karena aku tidak melakukan hal bodoh lain dan terus melakukan banyak hal hingga hari ini.
Dan hari ini aku berada di Jogja. 5 Tahun lalu juga hampir gila karena tidak bisa kuliah di Jogja. Tapi nyatanya aku sekarang di Jogja, dan semua baik-baik saja.
Seringkali aku merasa takut, tapi aku tak lagi merasa takut yang membuatku sakit kepala seperti dulu. Aku juga tak lagi merasa kosong dan sendirian, tidak lagi harus menahan perasaan agar orang lain tetap menganggapku ada, tidak lagi merasa tidak enak, tidak lagi merasa panik karena selalu dibanding-bandingkan, dan tidak pernah merasa menyesal.
Aku senang sekali melihat diriku saat ini, yang meskipun aku masih sering jerawatan tapi aku punya uang untuk mengobatinya. Aku senang karena orang tuaku tidak menuntutku menjadi seperti orang-orang kolot kebanyakan, aku senang karena kurang dari 1 bulan aku sudah 4 kali ditraktif makan dan es krim gratis di kantor. Aku senang akhirnya aku bisa dengan lega melepas salah satu kerjaanku dan mulai menulis lagi untuk diriku sendiri.
Ketika aku umur 23 tahun nanti, mungkin aku semakin sadar mengapa aku tak harus menuruti kata orang tua yang harus sesegera mungkin menikah, atau kata tetanggaku yang bilang aku ketuaan, ga laku kalo dijual, dan pemikiran mengerikan lainnya. Aku baru merasakan hidup tenang dan menyenangkan beberapa waktu ini dan rasanya tidak adil jika aku harus cepat-cepat beranjak ke jenjang yang bahkan aku tahu kalau aku ini belum siap dalam segala hal. Aku tidak boleh melakukan hal bodoh lagi dan aku tahu kalau memaksakan diri untuk menyenangkan orang lain adalah hal bodoh yang akan merenggut perasaan tenangku akhir-akhir ini. Aku tidak mau mengambil resiko itu.
Aku ingin hidup yang menyenangkan dan membuat hatiku tenang. Aku mencintai kekasihku dan aku ingin terus bersamanya. Aku ingin terus menjadi orang yang paling mengerti dia meskipun aku sering menyebalkan. Aku juga ingin dia terus mencintaiku seperti halnya aku yang begitu mencintainya. Aku mencintainya karena aku tahu kalau bersamanya aku tak perlu khawatir banyak hal. Perasaan aneh yang membuatku tak lagi gusar, tidak lagi harus menutupi kebiasaan burukku yang makan banyak dan malas mencuci baju, juga aku bisa merengek seperti anak kecil dan marah seperti guru matematika.
Aku ingin banyak sekali. Dan terima kasih kepadanya karena tidak menyakitiku. Meskipun jujur aku beberapa kali marah dan kesal karena beberapa hal yang terlihat menjengkelkan.
Aku sudah menyelesaikan semuanya. Kuliahku yang kupikir akan membunuhku. Juga hal-hal yang menyebalkan lainnya, ternyata selesai.
Aku menyukainya.
Aku menyukai kehidupanku yang sekarang...
Setelah hujan, badai, dan gerimis itu.. Akhirnya aku bisa keluar kamarku tanpa rasa takut kedinginan lagi....
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di sini yuk!