Melukis kalimat panjang di kanvas penuh bercak darahmu

Betapa kali ini aku mempelajari bahasa rindu paling sempurna. Sejak kepergianmu hari itu, malam-malam panjang aku selalu berusaha memberikan ruang kosong paling luas di  hatiku, merawatmu di sudut kenangan, kusimpan kau sebaik mungkin di antara degup jantung, aliran darah, pendengaranku, dan keterjagaanku. Semata, agar aku tetap melihatmu ada di semesta yang kubuat.

Sayang, tentu saja kau tak pernah meninggalkanku. Kau sendiri kan yang berjanji? Bagaimana mungkin kamu membiarkan aku kebingungan dari banyaknya pertanyaan tentang keberadaanmu? Bagaimana mungkin kamu membiarkan aku tercekik dan menangis karena keberadaanmu yang aku tak tahu.

Lihat, kekasih macam apa aku ini, bahkan tidak mengerti apakah kita masih berada di dunia yang sama atau tidak. Tetapi sayang, aku akan tetap melihatmu di sudut ruangan paling dingin, tersenyum, melukis dengan serius seperti biasanya. Aku tetap membuatkanmu kopi setiap hari, aku tetap menyiapkan  makanan di meja makan, aku selalu membuka pintu dan menanti kamu pulang. Setiap hari, aku bersihkan kanvas yang masih putih, juga kurapikan lukisan-lukisan yang kamu buat, aku rawat dengan baik sisa cat air yang sudah mengering, dan tetap memanggil namamu jika aku merasa takut.

Karena memang, kamu tak pernah meninggalkan aku. 

Karena bagaimana pun, kamu adalah bagian terpanjang dari kepingan waktu yang kunamai hidup. 

Terima kasih karena sudah mencintaiku dan memberikan kehidupan yang baik. Terima kasih telah menjadi kekasih paling menjengkelkan dan romantis di satu waktu. Terima kasih atas kenangan indah yang sempat kita lakukan berdua.

Tapi sayang sekali, sayang sekali. Deretan waktu yang sempurna itu harus berhenti di hari itu. Padahal, ada banyak sekali kejadian indah yang belum kau saksikan dalam perjalanan kehidupanku. Lihat, aku sudah bisa memasak dengan enak, aku sudah bisa menjadi penulis di surat kabar paling bergengsi di negeri ini, aku sudah tidak lagi menangisi hal-hal konyol, bukuku diterbitkan dan dibaca banyak orang. Ada banyak kejadian baik yang aku alami, tapi kamu tidak ada disini.

Lantas disini hanya ada aku. Di luasnya ruang dan ramainya kejadian itu, aku tetap menginginkan kamu.

Sayang, harus bagaimana lagi aku ini?

Harus kuapakan rindu ini?



Gambar dari Pinterest


Komentar

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Tulisan Aneh

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat