Tuhan, kenapa aku kece banget?
Perempuan gila, katanya. Aku dengan rambut se-bahu dan terurai tidak mendengarkan omongan itu. Kututup rapat-rapat pintu kamarku, juga duniaku, juga celah di antara bolongan tikus, juga lubang-lubang udara. Aku tidak lagi ingin bernapas di udara yang sama dengan orang di sekitarku. Berkali-kali ingin pergi, tapi tidak tahu kemana. Ingin sekali-sekali aku menggunakan semua uangku (yang nggak seberapa itu) untuk terbang ke pulau entah berantah dan bertemu dengan orang dengan warna kulit yang berbeda denganku. Baru aku ingat. Beberapa waktu belakangan, mama selalu memberiku dress putih selutut. Sekejab, orang akan memandangku sebagai perempuan yang sinting dengan seragam rehabilitasi di ruanganku sendiri (yang kebetulan warnanya juga putih). "Aku butuh cinta, mama. Aku butuh dipeluk selain diriku sendiri." Entah apa yang kulakukan, entah apa yang kupikirkan. Semakin gelisah rasanya saat ada orang yang dengan terang-terangan memujiku cantik dan pintar. Setidaknya setiap hari aku...