Perpisahan

 Aku tahu mungkin ini kejadian yang kamu inginkan. Setelah kupikir lebih dalam, kulihat dengan seksama, semua yang terjadi di hari belakang hanya menggambarkan kata renggang. Kamu bersikap seolah agar aku melepaskanmu. Setiap kali aku bertanya kenapa, kamu bilang kamu baik-baik saja. Padahal jelas, hubungan ini bukan hanya sekedar bahagiamu, tidak hanya urusan aku yang mengerti soal sibukmu, atau pemahaman lain tentang sikapmu yang menyakitiku. 

Lantas semua bisa secepat cahaya berubah. Kamu yang dulu enggan kehilangan aku, jadi merasa tak apa kalau aku tiada. Seolah bahagiamu sudah cukup tanpa aku dipelukmu. Ya, memang. Untuk saat ini kuakui rasanya memang begitu. Seolah di hatimu sudah tidak lagi ada cinta. Semua yang kulihat di sana hanya tatapan hampa seorang laki-laki yang bersiap pergi. 

Aku tentu sakit. Tapi kali ini tidak terkejut. Sebaik apapun kamu utarakan, perpisahan tetap menyakitkan. Bukan karena aku yang tak berdaya kehilanganmu, bukan juga hidupku akan berhenti kalau tak ada kamu. Bukan begitu. Hanya saja aku menyesal dengan waktu lama yang kita miliki berdua. Dengan semua cita-cita yang terasa begitu nyata. Kalau saja saat itu aku tak mudah percaya, tidak mungkin bisa kamu patahkan hatiku begitu saja. 

Aku sedih. Karena orang yang kusayangi dengan sepenuh hati membalas dengan membuang diriku di tengah jalan. Yang harusnya bisa kita redam berdua, justru kamu hilangkan begitu saja. Asal kamu tahu, tak ada orang yang benar-benar merasa baik atas kejadian menyakitkan seperti itu. Tak ada perempuan yang merasa bahagia atas keputusan seperti itu, takkan ada hati yang bahagia atas perpisahan, takkan ada!

Baiklah. Silahkan pergi. Pergi saja. Tak usah berharap kembali.

Kalau suatu hari kamu mengingatku dan menemukan tulisan ini, silahkan menyesal pada tuhan atas segala keegoisanmu. Silahkan merasakan sakit hati yang akan menghujammu berkali-kali. Silahkan melewati hari dengan penuh khawatir. Silahkan menjadi orang linglung dan tak percaya diri. Silahkan saja menjadi orang paling terpuruk. Semoga saja kamu bisa mengerti, bahwa perempuan yang kamu tinggal pergi bukan Si Tukang Pengemis Perhatian. 

Karena setelah hari itu, dia sudah memutuskan untuk terus bertumbuh dengan kakinya sendiri. Telah merubah semua yang kurang, berusaha mati-matian belajar agar tidak lagi ada orang yang melepaskan. 

Dia bukan mati rasa. Bukan! Perempuan yang bersamamu bertahun-tahun itu akan sadar dengan mimpi-mimpinya. Hingga ketika kamu melihatnya lagi suatu hari, semua telah berubah. Menjadi lebih hebat dari bayanganmu sebelumnya. 

Saat itu, aku berharap kamu juga merasa baik. Meski aku yakin tak kamu temukan lagi perempuan dengan bodoh mau dengan tulus menerima segala tentangmu. Aku yakin kamu akan membuka matamu perlahan, bahwa yang kamu lepaskan adalah perempuan yang tak pernah layak dilukai. Bahwa semua yang kamu temukan akan tak pernah cukup mengobati segala sesalmu di kemudian hari. 

Bahagialah hari ini. Bahagialah sampai setidaknya ruang-ruang kosong tanpa aku berubah menjadi duri yang paling menyakitkan. Berbahagialah hingga batas waktu itu. Karena setelahnya, bumi akan berkonspirasi membentuk takdirnya. Roda akan berputar dan semua akan berbalik. Jangan terlalu sedih, karena rasa sakit itu yang kamu berikan kepada perempuan yang mencintaimu beberapa waktu lalu. Nikmati saja lukanya sampai kamu merasa seperti mati  rasa. Nikmati rasa sakitnya sampai kamu kehabisan air mata. 

Jangan bersedih. Tapi teruslah merasa sakit. 

Jangan menangis, tapi teruslah merasa hampa. 

Jangan menutup diri, tapi teruslah berada dalam sesal.

Karena semua punya masanya sendiri. Semua punya waktu untuk sakitnya sendiri-sendiri. 

Kalau di kemudian hari kamu temukan orang baru yang bahkan tidak sebaik aku. Atau justru ia dengan sengaja menyakitimu, jangan sedih. Karena itulah yang kamu mau. Itu yang kamu harapkan bukan? Setelah dengan sengaja ada satu hati yang kamu buang. 

Komentar

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Tulisan Aneh

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat