ME(MAKSA) LEPAS




            Orang-orang semua bohong. Buku-buku yang kubaca semua keliru. Kata-kata yang kutulis sebelumnya sudah tidak relevan lagi. Hari ini, entah tanggal berapa, aku tidak ingin mengingat lagi tanggalnya. Aku, aku ... aku bahkan tidak bisa mengatakannya lewat kata. Air mataku mengalir deras menutupi pandanganku di layar monitor. Sesekali menetes pada keyboard, tetapi kubiarkan saja. Biarlah semua rasa sakit kutelan dengan pahit. Semua hal yang kupupuk dengan keyakinan, ternyata tidak cukup kuat untuk bisa bertahan. Jadi, hari ini... entah tanggal berapa aku akhirnya melepaskan kamu.
            Sakit, katamu. Dalam hati, ingin aku bertanya apa ada kata yang lebih pedih daripada ‘sakit’? kalau ada, biar kupinjam untuk jadi judul cerita. Biar aku tenggelam dalam kesedihan di sana. Kamu, bolehkah aku minta kamu  melupakanku? Supaya tidak merasakan sakit yang aku rasakan juga, supaya bisa kembali melangkah dengan bahagia, supaya aku bisa melihatmu bersemangat seperti pertamakali kamu mengenalkan apa itu website, dan bagaimana cara membuatnya.
            Sejak saat itu, aku fikir aku bisa memilikimu tanpa ada yang tahu. Aku sembunyikan kamu dari hiruk pikuk dunia, tidak kubiarkan oranglain melihat raut wajah kita berdua. Tapi, sejauh apapun aku sembunyi, angin ternyata mengirim berita duka hingga aku harus mengakhiri cerita ini.
            Tidak. Ini belum selesai. Tapi hatiku terus menerus memaksa untuk berhenti. Meskipun sejauh ini berjalan denganmu adalah hal yang kuingini. Sejak dulu, aku selalu senang menatap kedua retina itu. Aku selalu tenang ketika bersembunyi di dekapanmu. Aku selalu menunggu kedua mata kita sama-sama bertemu. Aku selalu, dan mungkin akan selamanya seperti itu. Tetapi, beberapa kata setidaknya bisa disembunyikan juga. Seperti ketika kamu menanyakan apakah aku masih ingin bersama, haruskah aku menghentikan dunia dan menjawab iya? Haruskah aku membawamu lari dari semua aturan ini? Haruskah aku menghentikan semua roda waktu dan mulai memelukmu erat tanpa peduli apa-apa? Tetapi itu tidak boleh. Semua hal memang ada aturannya. Setidaknya, hari ini aku cukup mencintai diri sendiri. Belajar untuk tetap menjaga diri supaya suatu hari bisa kembali dengan raut muka yang lebih dewasa.
            Sakit rasanya melihatmu terluka. Satu janjiku pada diri sendiri untuk tidak pernah membuatmu terluka ternyata kuingkari hari ini. Aku semakin tersiksa dengan keberadaan kita yang tidak kurang dari 30 centi, tetapi entah mengapa terasa jauh sekali. Aku tersenyum, tertawa, entah bagaimana raut bahagia berusaha kutunjukkan  supaya aku terlihat tidak apa-apa. Tetapi, aku gagal juga. Aku..terlalu ingin bersamamu dan itu yang akhirnya membuatku harus melepaskan kamu.
Esok atau lusa, mungkin saja aku akan tetap merindukanmu seperti dulu. Mungkin beberapa kata ada yang kuhapus agar pelan-pelan kamu mulai melupakan aku dan berbahagia dengan dunia barumu. Tidak apa-apa, meskipun sejujurnya tidak ada yang ‘tidak apa-apa’ dari sebuah perpisahan. Perpisahan akan tetap menyakitkan, sebaik apapun aku coba upayakan. Aku bersalah karena memaksamu untuk ikut andil dalam rumitnya cerita hidupku. Setelah ini, aku ingin apa? Aku ingin kemana? Entahlah. Aku ingin kemana saja asalkan tidak membuat oranglain terluka.
Tetapi satu hal.
Banyak kata yang aku coba asembunyikan. Banyak hal yang aku coba  tahan agar tidak semakin pedih. Kalau tulisan ini sampai padamu, beberapa waktu lagi.. semoga kamu sudah membaik. Semoga kamu tidak pernah menyesal untuk kuajak patah berkali-kali. Hidupku rumit, entahlah. Semakin terlihat rumit ketika tidak kutemukan kamu di sisiku. Tetapi aku tidak punya opsi untuk memilih. Ini adalah keharusan.
Aku tidak pernah berani menatap matamu tanpa ada perasaan ingin memiliki di sana. Kedua bola itu akan etap terasa indah. Rasanya akan terasa cocok jika bayanganku ada di sana. Akan terasa sangat pas jika bahumu yang lapang itu kugunakan untuk menyangga kepalaku. Rasanya kedua tangan kita memang diciptakan untuk saling bergandengan. Tetapi, tidak sekarang. Entahlah. Entah itu terjadi lagi, atau justru tidak akan kurasakan sama sekali. Yang pasti, aku bahagia saat itu. Saat kamu dan aku sama-sama lupa. Saat aku hanya berpikir perihal bahagia kita berdua. Saat kamu bilang aku cantik. Meskipun aku tidaklah secantik itu. Aku bahagia sekali. Perempuan manapun akan menjadi bahagia saat mengenalmu. Perempuan manapun akan bahagia saat menjadi pilihanmu. Dan kuharap, perempuan itu adalah aku. Perempuan itu akan tetap aku. Dan selamanya hanya aku. Meskipun ini terkesan egois, tapi itulah isi hatiku.
Pada baris ini, air mataku berhenti. Bukan karena aku selesai bersedih. Tetapi sakit telah merasuk ke aliran darah dan mengatur semua kinerja tubuhku. Aku telah menjadi diriku yang tidak kenal dengan bahagia. Mungkin cara itu agar aku tidak pernah lupa. Aku tidak akan melupakan kamu. Sampai kapanpun kamu akan abadi. Hatiku tetap menyimpan beberapa ruang khusus untuk namamu bisa bersembunyi. Setidaknya, ruang itu bisa kugunakan untuk merindukanmu diam-diam.  Intinya, aku masih ingin kamu. Tapi tidak boleh.
Kamu lihat? Bahkan tulisanku saja masih ingin memberontak. Semua rasa perih itu masih menjadi pandemi di tubuhku. Semoga kamu mengerti. Semoga kamu bisa jaga diri. Meskipun suatu hari bukan aku yang menjadi pilihanmu, setidaknya aku pernah membuatmu bahagia. Setidaknya, aku pernah menjadi perempuan paling beruntung karena dipertemukan dengan kamu. Setidaknya, aku pernah merajut kisah yang begitu indah denganmu,..

Ceritanya sampai sini. Selesai. 
Di sisi manusia memang selesai. 
Tapi entahlah di skenario semesta. 
Entah apapun itu, aku selalu mendoakan semoga kamu bahagia. 
Semoga,.....

orang yang kusayangi selalu bahagia.

Komentar

Daftar Bacaan

Hal-hal yang mama tidak tahu

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Lelehan Es Krim di Tangan Anak Cengeng

Belajar menderita dari Levi Ackerman

Tulisan Aneh

Pertanyaan yang disimpan

Surat Tanpa Alamat