Postingan

Sebuah cerita

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Saat pertama kali teman-temanku tahu aku pacaran dengan Regar, mereka mungkin berpikir bahwa aku hanya terobsesi dengan salah satu followerku yang sama-sama suka anime. Meski salah satu alasannya juga itu, tapi ada beberapa alasan lain sebenarnya.  Aku gengsi mengakui kalau dia lucu bahkan sebelum jadi milikku. Tapi ya begitulah. Tidak ada alasan untuk aku bilang lucu karena kelucuan tidak boleh disematkan kepada laki-laki asing. Tapi kemudian, tiba-tiba saja dia jadi milikku. Aku gembira saat tahu kalau orang yang sering lewat di story instagram itu menjadi orang yang pesannya kusematkan sampai hari ini. Dan menelfonku tiap hari. Soalnya kalau tidak ditelfon aku ngomel-ngomel kayak kucing.  Aku pemalas dan gengsi mengakui di depan orang-orang kalau aku ini sangat menyukainya, aku yang selalu bilang kalau dia itu orang yang menyebalkan, dan aneh. Tapi lebih dari itu, aku senang karena pikirannya seperti pikiranku tapi versi lebih jahat. Tak masalah sebenarnya (bukan berarti ak...

Pertanyaan yang disimpan

 Dulu sekali, aku sempat berpikir, mungkin jatuh cinta adalah kondisi dimana aku harus pintar-pintar membungkam ratusan pertanyaan dan rasa sakit supaya seseorang tidak pergi. Tapi apakah pada akhirnya aku cuma jadi orang yang hidup demi menyenangkan orang lain? Lalu apa artinya hidupku ini?  Setidakbisanya aku menjalani kehidupanku sendiri dan sangat takut ditinggalkan membuatku berpikir bodoh. Tapi begitu yang sering kulihat. Perempuan-perempuan lain juga banyak yang demikian. Saat sesuatu membuat kita khawatir, kita dituntut untuk tidak boleh bereaksi berlebihan. Saat kita menangis dan kesepian, kita dituntut untuk mengerti. Ketika ada sesuatu yang membuat kita cemburu, kita harus menyimpan perasaan itu dalam-dalam.  Perempuan itu seharusnya dicintai seperti apa sih? Apa cuma sebagai pelengkap laki-laki yang kesepian dan mesin pembuat anak saja? Bukan kan... Lalu, kenapa kita yang diciptakan tuhan dengan segenap cinta dan kasih sayang ini dipaksa seperti mesin. Dipaksa...

Bicara sendiri

 Ada banyak hal yang berubah. Mungkin diriku sendiri juga berubah. Beberapa orang yang dulu kuanggap sangat keren, kini terlihat biasa saja. Bahkan orang yang dulu tidak begitu kusukai ternyata sekarang bisa memakluminya. Entah aku yang banyak berubah, atau cara pandangku, atau apa? Aku tidak terlalu mengerti, juga tidak terlalu ambil pusing.  Aku ini, ingin sekali menjadi penulis. Tapi sesekali, aku takut tulisanku dibaca oleh orang lain. Aku selalu ingin orang lain menerima hal-hal yang baik saja dari diriku, dan sialnya aku bahkan tidak tahu apa hal baik yang bisa kubagi dalam tulisan yang aku buat. Mungkin disitulah alasan kenapa aku harus banyak membaca buku, lagi, setiap hari, entah sampai kapan.  Hidupku ini tenang. Tenang sekali. Aku melakukan sesuatu yang sama setiap hari. Jujur aku menyukai ketenangan ini, semua seolah sesuai dengan apa yang kuharapkan. Aku senang, karena dulu tak begini hidupku. Aku harus berapa kali bilang kalau aku bersyukur ya? Ya Allah, aku...

Setelah gerimis di Jogja

Aku berterima kasih karena tahun lalu hal paling sedih yang aku temui hanya ketika Gojo Satoru mati dan Eren dipenggal. Setelahnya, tidak ada hal-hal buruk yang membuatku sesenggukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Perasaan tenang dan menyenangkan itu yang membuatku semakin menyukainya.  Sesekali aku melihat jalanan Jogja yang gerimis di pagi hari, melewati lampu merah Tugu Jogja dan berhenti sejenak. Hidup ini yang mungkin kuimpikan beberapa tahun lalu. Kerja sebagai content creator di bidang teknologi, gaji yang cukup untuk membuatku hidup, teman yang baik, dan kekasih yang menyayangiku.  Kalau dulu aku ingat pernah harus memakai flatshoes 35k yang sudah jebol berminggu-minggu dan harus jalan kaki menyusuri Semarang yang panas, rasanya hari ini cukup sekali. Apalagi mengingat saat aku disakiti oleh orang-orang di masa lalu dan membuatku gerd 3 bulan dengan berat badan turun drastis saking bodohnya. Aku beruntung karena aku tidak melakukan hal bodoh lain dan terus melakukan b...

Rengganis

Gambar
Namaku Rengganis, dan aku membenci banyak orang. Termasuk juga ayahku sendiri yang suka memukul ibu. Pembukaan cerita dengan awalan perkenalan memang sangat membosankan. Tapi memang begitulah hidupku. Sangat membosankan. Tapi aku masih tetap hidup karena beberapa alasan. Pertama, karena ibu. Kedua, karena aku tak tahu caranya mati.  Rengganis itu, nama pemberian  ibuku. Ayahku yang hobinya memukul kepala orang itu tidak mungkin kepikiran memberi nama kepada bayinya. Bahkan, saat aku masih kecil, ayah mengunciku di dalam lemari dan ia bercumbu dengan wanita lain di depan lemari. Padahal saat itu, ibu pergi bekerja dan aku sedang kelaparan.  Saat tumbuh dewasa, ibu bilang semua laki-laki  jahat. Jadi aku tidak mau menikah. Aku takut sekali kalau pipiku ditampar dan rambutku dijambak. Ayah selalu berlaku begitu kepadaku dan kepada ibu. Semenjak kejadian itu, setiap hari ibu selalu mengganti sprei kamar sambil menangis. Katanya, itu bekas perempuan lain. Bekas luka yang ...

Kematian Mantan Kekasih

Gambar
Di tumpukan buku dan kertas usang, seseorang tengah menyelinap dan memasukkan kedua bola matanya diam-diam. Bola mata itu bersembunyi di sebuah buku tentang cinta pada Halaman 75. Halaman yang acak, yang setiap orang membacanya juga jarang mengingat kata-kata di dalamnya. Bola mata itu lalu mengintip dari dalam buku, seorang perempuan dengan raut muka biasa saja. Mengetik sesuatu di laptopnya. Seingatnya, sudah ratusan kali ia melakukan hal semacam itu dan berakhir dengan merenung dan tidur di meja kerja.  Tempo hari, seorang laki-laki masuk ke dalam kamarnya. Mereka bercumbu kemudian menatap atap sama-sama. Perbincangan soal bagaimana hari-hari lalu membuat salah satunya meneteskan air mata. Musik yang berisik dan lorong-lorong di depan kamar yang dipenuhi riuhnya pertanyaan soal rencana membuat suasana semakin pelik. Setiap kali pertanyaan muncul, hanya ada anggukan yang keluar. Ah, sebuah jawaban yang selalu ingin dimengerti oleh sepasang mata.  Siang hari, perempuan berwaj...

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Aku sangat menyesal mengapa tak lebih lama lagi aku memelukmu di hari itu. Kalau saja aku tahu pertemuan kita akan ditunda lagi kali ini, aku akan melakukan ritual paling menyenangkan sekaligus menyedihkan itu kemarin.  Menghabiskan waktu di depan buku usang dan setitik tinta berwarna hitam pekat ini benar-benar menyebalkan. Aku selalu berusaha memilih kalimat paling indah untuk kukirimkan kepadamu. Tapi sebenarnya keindahan itu yang seperti apa sayang? Apakah ia yang selalu kulihat saat kedua tatap kita bertemu? Atau hanya berhenti pada kalimat sampah yang keluar dari tangan perempuan cerewet dan menyebalkan?  Dari sudut pandang mana lagi aku harus menulis kamu? Bahasa rindu apalagi yang harus kugunakan? Karena aku sudah terlalu banyak menuangkan kata-kata di setiap perjalanan panjang kita, karena yang aku miliki juga tak lebih dari sehimpun kata-kata.  Kubaca beberapa karya orang lain soal arti cinta. Atau hal-hal yang lebih rumit dari itu. Aku semakin ingin mengenalmu ...