Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai
Aku sangat menyesal mengapa tak lebih lama lagi aku memelukmu di hari itu. Kalau saja aku tahu pertemuan kita akan ditunda lagi kali ini, aku akan melakukan ritual paling menyenangkan sekaligus menyedihkan itu kemarin. Menghabiskan waktu di depan buku usang dan setitik tinta berwarna hitam pekat ini benar-benar menyebalkan. Aku selalu berusaha memilih kalimat paling indah untuk kukirimkan kepadamu. Tapi sebenarnya keindahan itu yang seperti apa sayang? Apakah ia yang selalu kulihat saat kedua tatap kita bertemu? Atau hanya berhenti pada kalimat sampah yang keluar dari tangan perempuan cerewet dan menyebalkan? Dari sudut pandang mana lagi aku harus menulis kamu? Bahasa rindu apalagi yang harus kugunakan? Karena aku sudah terlalu banyak menuangkan kata-kata di setiap perjalanan panjang kita, karena yang aku miliki juga tak lebih dari sehimpun kata-kata. Kubaca beberapa karya orang lain soal arti cinta. Atau hal-hal yang lebih rumit dari itu. Aku semakin ingin mengenalmu ...