Melukis kalimat panjang di kanvas penuh bercak darahmu

Betapa kali ini aku mempelajari bahasa rindu paling sempurna. Sejak kepergianmu hari itu, malam-malam panjang aku selalu berusaha memberikan ruang kosong paling luas di hatiku, merawatmu di sudut kenangan, kusimpan kau sebaik mungkin di antara degup jantung, aliran darah, pendengaranku, dan keterjagaanku. Semata, agar aku tetap melihatmu ada di semesta yang kubuat. Sayang, tentu saja kau tak pernah meninggalkanku. Kau sendiri kan yang berjanji? Bagaimana mungkin kamu membiarkan aku kebingungan dari banyaknya pertanyaan tentang keberadaanmu? Bagaimana mungkin kamu membiarkan aku tercekik dan menangis karena keberadaanmu yang aku tak tahu. Lihat, kekasih macam apa aku ini, bahkan tidak mengerti apakah kita masih berada di dunia yang sama atau tidak. Tetapi sayang, aku akan tetap melihatmu di sudut ruangan paling dingin, tersenyum, melukis dengan serius seperti biasanya. Aku tetap membuatkanmu kopi setiap hari, aku tetap menyiapkan makanan di meja makan, aku selalu membuk...