Meniup Percakapan Panjang di Balik Kekacauan yang Indah
Pagi terakhir di kesempatan pertemuanku denganmu. Kutenteng koper merah jambu dan merengek dengan kesal. Bibirku masih ingin meniupkan beberapa kalimat panjang, juga badanku belum siap untuk dicabik-cabik kesepian. Kalau lima menit lagi aku tak bersama denganmu? Apa kamu akan merindukan aku? Aku masih ingin melingkarkan kedua lenganku di bahumu, juga mengacak-acak rambutmu hingga berantakan. Aku selalu menginginkan pelukan hangat yang menyelimutiku saat ketakutan tiba-tiba datang dan memarahiku. Aku ingin terus berada di depan dadamu. Menjadi seseorang yang mendengar dengan jelas degup yang setiap menit kusukai. Tapi pagi terakhir telah tiba dan kamu mengantarku ke tempat perpisahan paling tidak kusukai. Meskipun beberapa malam panjang telah kita habiskan, meskipun beberapa ciuman panjang telah kita lakukan, meskipun kedua tubuh kita melebur menjadi jutaan kalimat puisi yang utuh, meskipun demikian aku masih tetap ingin tinggal; dipelukanmu; setidaknya untuk selamanya. ...