Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Perempuan tua dan tulisannya

 Ada perempuan tua yang membenci tulisannya. Ia berusaha menghapus semua abjad yang terlanjur hidup di dalam diri seorang pemuda. Katanya, kalimat yang dulu itu tak tepat. Seperti hujan yang salah tempat, seperti tupai yang makan tomat.  Barangkali, perempuan itu kini menyadari. Beberapa manusia tidak sepatutnya dibuat abadi. Karena perasaan belum tentu demikian. Lantas harus diapakan manusia ini? Apa memang semua hanya terjadi di waktu itu saja?  Hati-hati dengan keadaan. Kadang hujan tidak melulu membawa kenangan. Ada kalanya tercipta arus yang deras, membuat luluh-lantak kehidupan, menjelma histori pahit dengan bumbu kehilangan.  Tidak juga tangisan berarti sedih. Adakalanya gerimis hadir saat hati sedang suka cita. Bagaimana lagi kalau keadaan tidak melulu seperti kelihatannya? Apa harus tetap ditelan perlahan?  Meski pada hari ini, pukul 5 sore hari, perempuan paruh baya sedang menangis. Entah sedih, entah hilang akalnya. Karena tulisan yang dibuat tak pern...

Menerima hari ini

 Kupikir, hari ini adalah waktu yang sangat cocok untuk sekedar jalan-jalan santai di  Semarang. Mengingat aku sudah memasuki libur akhir semester. Akan sangat menyenangkan kalau bisa menghabiskan waktu sejenak untuk sekedar melepas penat di kota lama. Atau barangkali, aku bisa melihat pohon-pohon yang berlarian dari dalam Bus kota. Ditambah dengan udara yang sejuk dan cuaca yang bersahabat. Di situ, aku membayangkan betapa tenangnya kalau bisa melihat pemandangan itu sembari menyeruput kopi di tanganku.  Tapi ternyata tidak begitu. Sekarang aku di rumah. Pernyataan kalau libur 2 minggu itu telah berganti menjadi 2 tahun. Karena virus menyebalkan bernama covid-19 itulah akhirnya aku harus kuliah di rumah.Tidak ada pemandangan kota lama, tidak ada penjual kopi, tidak ada teman-teman, tidak ada tukang siomay. Ah, menyebalkan sekali.  Beberapa waktu lalu aku juga sempat menangis karena tidak bisa mengerjakan praktikum. Sungguh, sebuah kejadian yang sangat menyebalkan se...

Mas

 Aku sedang menulis ini saat dunia terasa begitu membosankan. Kamu tahu? Cerita indah yang kita ukir di masa lalu ternyata tak sepenuhnya menyenangkan ya? Kukira waktu akan berputar cepat mengelilingi kita, ternyata masih saja menjadi pembatas antara kakiku dengan jejakmu. Aku bukan orang naif yang akan memujimu dan bilang kalau kamu adalah laki-laki yang paling sempurna. Maksudku, aku tahu kamu tidak sempurna dan aku juga demikian. Tetapi, setelah hari itu aku memutuskan untuk menemanimu, sejujurnya aku sudah tahu kalau kekurangan itu akan selalu ada dan akan kutemui seiring berjalannya waktu.  Tahukah kamu, menulis ini sangat menyebalkan, tetapi aku sayang kamu. Aku menulis ini kadang dengan rasa kesal karena hal yang kuidamkan ternyata tidak terjadi hari ini. Kukira kita akan terus merasa jatuh cinta dan bahagia setiap harinya. Ternyata, tidak juga. Tetapi ada perasaan mengikat di sudut mata. Saat aku melihat rambut berantakan dan mata lelah itu, rasanya ingin sekali datang...

Bising

Ada beberapa hal yang membuatku merasa bising. Soal bagaimana aku nanti bisa bertahan di kehidupan yang serba cepat ini? Bagaimana aku mampu memperoleh pekerjaan yang layak? Bagaimana cara supaya menghindari rasa malas yang kualami sekarang ini? Dan masih banyak lagi. Rasanya pandemi semakin hari justru semakin menjadi-jadi. Seolah tak pernah selesai dan selalu menyebalkan. Di rumah, aku hanya melakukan pekerjaan yang membosankan. Bahkan, beberapa waktu terakhir, kecamatanku sudah memasuki zona merah. Banyak korban jiwa akibat covid 19 ini. Ah, entahlah kapan ini akan berakhir. Seolah dunia hanya berputar seperti ini saja. Tidak kemana-mana. Padahal, ketika di rumah, aku menjadi sangat malas dan kehilangan motivasi. Bagaimana supaya aku bisa menjadi lebih baik kalau seperti ini? Saat di rumah, moodku sering tidak baik. Selalu sensitif dengan hal-hal kecil dan gampang marah. Aku merasa banyak hal yang bisa menyakiti hatiku dan itu benar-benar menyiksa. Aku jadi takut akan hal yang terja...

KEINGINAN MAMA

 Mungkin ini sedikit narsis, nulis sesuatu yang entah akan dibaca kapan. Tapi, nggak tahu kenapa, aku langsung menangis pas lihat tulisan mamanya Maudy Ayunda yang muncul di tiktok. Konyol memang, dan berkali-kali aku baca tulisan tersebut. Aku  jadi tahu kenapa bisa tumbuh sosok wanita hebat seperti dia. Ternyata memang mamanya sehebat itu.  astaga, bahkan ketika nulis ini aku masih saja cengeng. Padahal aku sudah hampir kepala 2. Tapi temanku bilang, menangis itu nggakpapa kok jadi aku nggak bakalan menahan diriku.  Ketika aku nulis ini, bukan berarti aku iri dengan Maudy Ayunda. Tidak sama sekali. Aku justru terharu, bangga, dan takjub. Ternyata memang seperti itu ya. Semakin hari aku jadi sadar kalau tidak semua hal itu bisa sama seperti yang kuharapkan. Ada banyak faktor yang menjadi pendorong di sana. Ada banyak hal seperti peran orangtua, lingkungan, fasilitas belajar, teman, uang, jabatan, kecantikan, dan orang yang kita temui. hal itu akan berdampak besar te...