Perempuan tua dan tulisannya
Ada perempuan tua yang membenci tulisannya. Ia berusaha menghapus semua abjad yang terlanjur hidup di dalam diri seorang pemuda. Katanya, kalimat yang dulu itu tak tepat. Seperti hujan yang salah tempat, seperti tupai yang makan tomat. Barangkali, perempuan itu kini menyadari. Beberapa manusia tidak sepatutnya dibuat abadi. Karena perasaan belum tentu demikian. Lantas harus diapakan manusia ini? Apa memang semua hanya terjadi di waktu itu saja? Hati-hati dengan keadaan. Kadang hujan tidak melulu membawa kenangan. Ada kalanya tercipta arus yang deras, membuat luluh-lantak kehidupan, menjelma histori pahit dengan bumbu kehilangan. Tidak juga tangisan berarti sedih. Adakalanya gerimis hadir saat hati sedang suka cita. Bagaimana lagi kalau keadaan tidak melulu seperti kelihatannya? Apa harus tetap ditelan perlahan? Meski pada hari ini, pukul 5 sore hari, perempuan paruh baya sedang menangis. Entah sedih, entah hilang akalnya. Karena tulisan yang dibuat tak pern...