Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Dimanja Takdir

Aku adalah perempuan yang dimanja takdir.  Selalu saja diberikan apa yang aku butuhkan tanpa aku meminta. Selalu diberikan lebih dari apa yang seharusnya aku terima.  Dalam benakku sendiri,  aku menyesal setiap hari, aku malu mengapa dulu aku begitu sombong,  begitu sok pandai menghakimi bahwa aku tidak pantas mendapatkan garis cerita ini.  Padahal aku tidak tahu apa-apa.  Padahal aku belum menjalaninya.  Dari sekian banyak hadiah yang diberikan Allah padaku,  aku paling bersyukur atas dipertemukannya orang-orang baik.  Orang-orang yang tidak pemarah meski sikapku selau mengundang amarah,  orang-orang yang tiba-tiba saja ada disaat aku tidak punya apa-apa, orang-orang yang rela mengulurkan tangannya meski tahu aku pasti menolaknya.  Setiap hari aku tak lepas dari kata malu,  malu dengan takdir Allah,  malu untuk mengeluh,  malu untuk tidak bersikap baik terhadap ciptaan-Nya,  malu atas perilaku yang selama ini m...

Kembali Sadar

Gambar
KEMBALI SADAR Hatiku sesak sekali.  Ingin berharap,  tapi malu rasanya berharap lagi.  Sudah lelah aku menerka takdir.  Memang benar adanya,  biarlah semua berlalu seperti sungai yang mengalir.  Aku sudah capek  menangisi hal yang jelas-jelas bukan untukku.  Aku ingin lebih dikuatkan jika esok hari aku menemukan kenyataan pahit lagi.  Aku ingin lebih di beri kekuatan untuk menerima takdir.  Aku takut sekali,  takut pada Allah..  Takut kalau Allah marah karena kelakuanku yang senantiasa menangisi ketetapan-Nya.  Aku ingin imanku tetap dijaga. Agar aku masih selalu berhudnuzon pada-Nya kalau suatu hari ternyata aku terluka lagi.  Aku takut.  Aku sangat takut.  Bahkan rasanya aku tak ingin waktu ini terus menemui esok.  Aku ingin waktu diberhentikan.  Aku percaya kalau apapun yang sudah digariskan oleh Allah memang yang terbaik. Tetapi hatiku masih menerimanya dengan pahit.  Aku be...

Narasi tentang percaya

Gambar
Banyak hal sedih yang tiba-tiba hadir saat kita sedang jatuh.  Tetapi bagiku, hal paling sedih adalah hilangnya kepercayaan orang-orang kepadaku. Kamu tahu mengapa aku berhenti menuliskan kata tentang impian? Karena orangtuaku sendiri bahkan tak percaya bahwa aku mampu menyelesaikan kuliah katanya. Tak ada semangat dan motivasi saat aku jatuh.   Yang ku pahami, aku benar-benar dianggap sebagai pecundang disini.  Aku tak diperdulikan,  aku diabaikan,  aku tak dianggap ada.  Aku bahkan hanya dilihat sebelah mata.  Padahal dari dalam hati kecilku,  aku menangis, seharusnya aku dikuatkan bukan?  Seharusnya aku diberikan kepercayaan.  Tetapi,  bukannya demikian malah aku semakin tidak diberi kesempatan untuk bermimpi. Aku dianggap gagal segagal-gagalnya. Kalau pada akhirnya aku tak bisa menjadi seseorang yang diharapkan,  apa aku memang harus diperlakukan pecundang?  Aku benar-benar kecewa soal ini.  Pada dir...