Menjadi dia



Minggu, sudah terlalu larut untuk memikirkan apakah ada orang yang bisa mencintaiku dengan baik atau tidak. Sudah terlalu larut untuk membayangkan bagaimana jika aku dikhianati lagi. Sudah terlalu penat jika terus menerus mempertanyakan sorot mata orang lain kepadaku. 

"Sebenarnya, apa dia mencintaiku?"

"Apa hanya aku yang dia cintai?"

"Apa aku berhak untuk mendapatkan perlakuan baik seperti orang lain?"

"Apa aku berhak untuk dimiliki dan memiliki?"

"Bagaimana cara supaya aku percaya dengannya?"

"Bagaimana cara agar aku bisa tahu, kalau aku akan baik-baik saja ketika sudah jatuh cinta?"

Pertanyaan konyol semacam itu tentu bukan hal yang seharusnya mengganggu waktu tidurku. Perkara aku layak atau tidak soal dicintai, biarkan saja. Dunia ini sangat luas, aku bisa saja menangis sendirian dan bersembunyi di sana. Aku bisa berlari ke tengah hutan dan menutup diri dari banyaknya perubahan. Perempuan seperti aku ini, banyak sekali macamnya. Aku tidak ada istimewanya di mata semua orang kan? Aku tidak cantik, menyebalkan, mudah menangis, dan layak ditinggalkan. Ya, lantas apa yang nanti membuat orang bertahan denganku? Sedangkan dulu, cinta yang kujaga sekuat tenaga, yang kupercaya, kurawat dengan waktu yang cukup lama, ternyata juga mendua. 

Dia membuangku, karena memang aku tak berhak mendapatkan perlakuan baik semacam itu. Cinta barang yang mahal, yang tidak pantas untuk diberikan ke perempuan seperti aku. Benar kan, salahku memang. Kamu selingkuh dan membuangku adalah salahku. Aku yang kurang, yang tidak bisa membuatmu merasa cukup, yang membuatmu bosan, yang terus berisik menanyakan kabar. Aku yang salah dari semua ini, aku tidak cukup cantik dan pintar, tidak juga cukup dewasa untuk mengerti apa yang kamu inginkan. Ya, benar, Mas. Aku yang salah, aku yang memang layak untuk dibuang, aku memang layak untuk diduakan. 

Pilihanmu untuk meninggalkanku dan memilihnya adalah hal yang tepat. Meninggalkanku dan menjalin hubungan dengannya diam-diam adalah sesuatu yang seharusnya kamu lakukan. Aku, perempuan yang tidak becus menjagamu, yang bahkan tidak bisa membuatmu bahagia ini memang layak untuk kamu sakiti. Memang seharusnya aku menanggung perasaan sedih berlarut seperti ini. Aku layak untuk menjadi perempuan yang bingung dengan perasaannya sendiri. Semua poros kesalahan ada padaku, ada di diriku dan aku yang harus mengobati luka ini. 

Sampai hari ini, ketika ada orang yang memperlakukanku dengan baik, aku sangat takut. Aku takut jika aku tidak bisa membahagiakannya dan dia membuangku lagi. Aku takut jika perlakuanku membuat banyak orang meninggalkanku dengan jahat lagi. Meskipun seperti yang kamu bilang, aku memang layak dilukai, Perempuan seperti aku memang seharusnya ditinggal pergi. Aku tak berharga, jadi itulah alasan mengapa kamu memilihnya. 

 Sudah lama tidak menulis tulisan sedih, tapi yang keluar justru paragraf sampah seperti ini. Benar memang, perempuan seperti aku tak ada apa-apanya dibandingkan dengannya. Aku hanya bisa diam dan menulis, aku hanya bisa melihat orang lain bahagia, aku tak bisa bahagia dengan diriku sendiri, aku tak sempurna. Jauh sekali dengan perempuan yang kamu banggakan itu. 

Rasanya bangga sekali ya sudah menyakitiku, kemudian memilihnya. Seolah dunia sedang menjadikanku tokoh yang tidak penting di hidupmu. Padahal dengan bangga, dengan rasa tidak tahu malu aku memperkenalkanmu ke seluruh dunia. Dengan rasa tak tahu diri, aku berharap kamu tetap tinggal di sini. Oh Mas, tentu saja aku tak punya hak untuk kamu bahagiakan seperti ini. Aku, tidak berhak. Tidak pantas untuk kamu sayangi. Tidak pantas disayangi oleh semua orang, bahkan oleh diriku sendiri. 

Seperti katamu..

Aku memang selayaknya seperti ini. Layak disakiti. Layak untuk ditinggal pergi. 

Suatu hari, ketika aku sudah benar-benar sembuh dari perkara semacam ini, aku janji pada diriku sendiri. Untuk tak berusaha bertahan di kehidupan seseorang. Tidak berusaha membuat orang terus mencintaiku, dan... lebih mengerti makna hidup.

Demi coklat yang menyelamatkan rotasi hidupku beberapa waktu lalu. 


juga, demi


diriku sendiri. 


(Tulisan ini dibuat oleh orang yang baru terlepas dari toxic relationship)

Komentar

Daftar Bacaan

Kiranya begitulah menjadi orang yang kucintai

Surat Tanpa Alamat

Pertanyaan yang disimpan

alasan-alasan membosankan saat mencintai seseorang

Aku Menunggumu, Tapi Tidak Selamanya

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Manusia Menyebalkan