Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Percakapan Alina Soal Dirinya Sendiri

Gambar
Pernahkah kamu merasa kalau kamu orang yang tidak layak dicintai? Kukira semua orang; secantik atau setampan apapun ia, pasti pernah merasa hal itu barang sedetik. Persetan dengan alasannya, manusia memang kadang begitu, dan cinta tak selalu bertepuk tangan bahagia.  Barangkali, itu hal yang lumrah, dan aku bisa bersantai dengan banyak hal lain. Di kepingan kehidupanku yang berusia 24 tahun ini, aku juga dihadapkan dengan beberapa pilihan menyebalkan. Tentu saja ada banyak laki-laki yang datang dan pergi. Tapi semuanya hanya sekedar datang dan berkenalan. Setiap kali aku merasa nyaman, dengan tiba-tiba saja mereka berkemas dan menghilang. Tapi yasudah, tak mengapa. Orang boleh datang dan pergi sesuka hatinya. Biarkan saja begitu. Meski aku sadar, menjadi tempat pelampiasan, pilihan kedua, atau bahkan menjadi perempuan yang tak dipilih itu sama-sama bajingan sekali rasanya.  Sedikit bercerita tentang kisah yang membuatku kesal beberapa bulan lalu. Aku sedang dalam masa serius-s...

Dialog Antara Tuhan dan Seorang Pencuri Senyuman

Gambar
Suasana menulisnya sudah pas. Hanya ada hal yang mengganjal di pikiranku.  Senyum itu.  Hal paling konyol yang pernah kulihat sepanjang hayat. Aku diam-diam membawanya lari dan kusimpan rapat di saku bajuku. Tuhan, aku sangat menyukai senyuman itu. Boleh tidak jika kulihat setiap hari? Aku ingin. Aku ingin memilikinya. Aku ingin senyuman itu terus berada di dekat retina mataku. Lalu aku terbius oleh zat adiktif yang menjalar melalui udara.  Boleh tidak kalau aku saja yang bisa melihatnya? Boleh tidak jika orang lain kumarahi jika berusaha melihat senyuman itu?  Sudah kutebak, tuhan tidak menciptakan manusia hanya untuk tersenyum pada satu orang. Tapi tuhan bisa membuat satu senyuman menjadi debar tak berkesudahan. Adakah dalam sejarah mencatat orang yang wafat karena terlalu jatuh cinta pada senyuman? Aku tidak peduli dan terus membawa senyuman itu lari. Aku jatuh cinta, tuhan! Aku jatuh cinta! Aku ingin memiliki senyuman itu sampai selamanya.  Tuhan, aku ini ti...

60 Detik Kecemburuan di Pesisir Halimunda

Gambar
Aku selalu bilang pada tuhan, bahwa aku hanya ingin menikahi laki-laki yang aku cintai. Tidak peduli seberapa besar pengorbanan yang harus aku lakukan, tidak penting sama sekali bagiku apakah laki-laki tersebut kaya atau miskin. Tidak ada yang membuatku merasa hidup, selain melihat orang yang kucintai berada di dekapku dan mencintaiku. Nantinya, aku ingin memiliki anak dan membawanya berkenalan dengan banyak orang-orang di Halimunda.  Tapi sekarang aku di sini, beberapa detik lagi mungkin masa lajangku telah berakhir. Aku menikahi seorang laki-laki yang tidak pernah kucintai, sampai kapan pun.  Sial.  Aku bahkan pernah meminta pada tuhan, "Kau boleh membuatku menangis, Kau boleh menyeretku ke penjara  Bloedenkamp , Kau boleh membuatku tidak dapat ikan berbulan-bulan, Kau boleh mengirimiku orang-orang jahil yang menyebalkan, Kau boleh mengujiku dengan kelaparan, Kau boleh mengambil semua harta bendaku, Kau boleh membuatku tidak lulus dari Sekolah Rakyat ini, Kau boleh...

Cinta selalu datang terlambat

Gambar
                       Cinta selalu datang terlambat. Kalau kata Puthut EA dalam bukunya, "Cinta tak Pernah Tepat Waktu". Itu sama halnya ketika aku mengerjakan tugas gambar teknik. Cinta selalu menemukan kesialan-kesialan sendiri. Kadang aku berpikir, bagaimana ya caranya orang di belahan bumi sana bisa hidup dengan kisah cinta yang indah? Apa sebenarnya keindahan itu tergantung sudut pandang kita saja? Apa cinta itu cuma bisa kita rasakan saat semua benar-benar telah siap. Tapi jauh sebelum itu, cinta itu apa? Apa saat aku melihat tatapan mata seseorang dan aku menyukainya itu cinta? Apa saat aku ingin memeluk ibuku erat-erat itu juga cinta? Apa ketika aku menangisi cowok anime yang mati itu juga cinta? Apa saat aku menangis cemburu itu juga disebut cinta?                Pukul 6.54. Aku bangun tidur karena digedor-gedor oleh ibu kos. Dengan mata yang melotot sambil ...

BINGUNG

Gambar
Dari semalam aku sebenarnya sangat bingung. Mungking efek dari PMS mungkin juga karena memang aku sedang berada di posisi yang kurang menyenangkan. Aku gelisah sekali. Setiap waktu. Setiap kali berpikir atau bahkan ketika sedang tidak memikirkan apa-apa. Setiap kali mau makan, setiap selesai makan, setiap melihat komedi, atau ketika melihat mbak-mbak sedih di tiktok, setiap naik motor, setiap kali salting ketika berhenti sendirian di lampu merah. Banyak sekali yang membuatku gelisah.  Aku takut sekali. Aku takut kalau aku nggak bisa. Tapi aku tau aku pasti bisa. Tapi tetap saja aku takut. Ah, siaal!  Saking takutnya aku, kemarin berusaha membaca buku yang membosankan tentang stoic. Jujur saja genre yang seperti itu kurang menarik minatku. Aku tidak pernah merasa harus membaca buku self-improvement yang setiap kali membaca aku selalu disalah-salahkan dan dituntut untuk menjadi wanita super yang sukses. Aku benci disuruh-suruh sama orang lain (kecuali ayang). Tapi, karena mentok...

Aku mau mandi

Gambar
Tulisan ini kemudian berceceran di atap kamarku. Siapa yang akan membaca kecuali orang yang bangun tidur kemudian mengerti. Bahwa dunia sudah tidak cukup meyakinkan, bahwa sudah tidak lagi ada yang spesial atas diriku dibanding dengan manusia yang aku temui sepanjang jalan.  "Aku cuma begini" Ucapku berulang-ulang. Seolah ada yang mendesakku memiliki lebih. Membuat sekian telinga muak dengan kata-kata penuh derita dan masalah yang itu-itu saja.  Memang. Memang lebih mudah menangis daripada berusaha mencari jalan. Lebih mudah menyesal daripada berpikir berkali-kali. Tapi, dari banyaknya jarum-jarum karatan yang terbang dan menusuk dadaku, aku lebih suka kalau kamu yang melakukannya. Kamu tahu maksudku kan? Hahaha.  Banyak hal yang kusukai di dunia ini. Makanan, kucing, coklat, buku, kamu, kamu versi A, kamu yang lucu-lucu, kamu rasa melon, kamu yang kutemui di mimpiku, kamu yang nyata, kamu yang ada di layar gawai, kamu yang menjelma jadi huruf, kamu yang membuatku kadang ...

Hidup ini memang menyebalkan, tapi aku harus tetap hidup

Gambar
Kalau aku menulis soal kehidupan, mungkin konotasinya lebih seperti anak kecil yang sok tahu dan naif soal apa-apa yang udah terjadi dalam hidup. Tapi, minimal karena blog ini adalah rumahku, dan aku yang sudah hampir satu jam mengulik soal materi tapi masih saja kepikiran soal ini, mungkin ada baiknya aku menuangkan segala amarahku di sini. Entah, ada yang membaca atau tidak, aku tidak peduli.  Mungkin sebagai anak muda yang katanya masih belum tahu apa-apa soal hidup, aku tentu menuai banyak sekali sudut pandang lain yang lebih 'dewasa' dan lebih 'mengerti'. Bahkan, aku juga tidak tahu kenapa sebegitu pentingnya aku memikirkan hidup sampai membuatku harus repot-repot menghabiskan beberapa menit waktuku di blog ini. Tapi ini benar-benar menggangguku.  Untuk bahasa sebagai anak muda yang tidak tahu apa-apa, tentu aku sering berbuat suatu kesalahan. Membuat kebohongan kecil, melupakan sesuatu, atau ingin mencari tahu akan sesuatu.  ah, sampai paragraf ini aku sudah malas...

Kalau ada yang lebih indah dari intro payung teduh, mungkin itu kamu

Gambar
Aku bangun siang, seperti biasa. Setelah malam-malam panjang penuh derai mengganggu tidurku, juga mengganggu hidupku beberapa waktu ini. Aku meneguk air dan meletakkan teko di atas meja, memandang ke luar jendela dan tidak merasakan apa-apa. Aku mandi, mengambil sabun rasa tea tree, menggosokkan ke dadaku dan menemukan perih tanpa luka di sana. Air mengucur deras membasahi setiap epidermis kulitku, membuat ujung jariku keriput karena sudah 1 jam berlalu dan aku hanya menatap kosong pintu yang ada di depanku. Shower kumatikan. Handuk merah yang baru kujemur tadi sore melilit di tubuhku, melangkah menuju kamar dan memilih pakaian hitam dari lemari. Memakai baju dengan bayangan tubuh yang sudah bosan dengan tangis tidak berguna setiap malam.  Hari ini bermaksud untuk tidak melibatkan banyak orang dalam hidup. Jadi, memutuskan untuk jalan ke kafe sendiri dan membaca buku yang kubeli beberapa waktu lalu sambil minum susu coklat. Tidak lupa menyumpal telinga dengan headset sebagai tanda ...

Orang-orang yang tak punya masa lalu

Gambar
Aku merebahkan badanku ke kasur. Setengah mengantuk aku memaksa buat menulis sesuatu yang ada di kepalaku. Ya, orang yang tidak punya masa lalu itu perasaannya gimana ya? Tenangkah hidupnya? Atau justru penasaran akan banyak hal?  Orang yang tidak punya masa lalu itu, bagaimana ya caranya memandang dunia? Apa akan terlihat jauh lebih baik ? Atau justru membingungkan? Atau ada perasaan yang aman karena tidak ada jejak yang membuatnya terluka? Atau justru lebih ceroboh karena tidak mengerti bagaimana sakitnya dilukai?  Lalu bagaimana dengan orang yang tak punya masa lalu itu? Apa hidupnya akan jauh lebih baik dari dia yang babak belur sebelum hari ini? Apa semua masih sangat baik? Tapi begitu ceroboh dan tidak mengerti cara membalut luka orang lain?  Ah, untuk orang-orang yang tidak punya masa lalu.. Terlihat mudah sekali menjalani hari demi hari. Karena ketika tanggal mulai berlari, ia tak pernah merasa kehilangan apa pun. Ia, bahkan tak pernah punya hal penting untuk dike...

Menangis adalah bakat alamiku

Gambar
"Kapan kamu sadar kalau kamu udah berjalan jauh selama ini?" kataku, pada diriku sendiri saat melihat ke cermin.  "Beda banget ya aku sekarang"  "Jadi lebih hidup" Kataku lagi. Perempuan umur 20 tahun di cermin itu hanya meniru apa yang kulakukan. Ya, hanya itu yang kulihat setiap hari. Wajah bulat yang mirip mama, juga banyak bekas jerawat yang mirip papa (kututup make up) . Agak mellow kalau cerita soal ini.  Aku selalu bilang ke teman-teman kalau aku tidak pernah suka sama laki-laki duluan. Dari dulu, sampai sekarang aku selalu memilih laki-laki yang memang mau denganku. Selain karena mencintai sendirian itu merepotkan, sebenarnya aku juga tahu diri. Aku ini, kan jelek ya.. kalau tidak percaya, tanya saja sama guru kesenianku yang dulu nyuruh aku pindah ke barisan belakang karena aku jelek, hehe. Tanya sama guru kimia yang selalu bilang mukaku banyak jerawat, mana ada yang mau denganku, apalagi aku anak desa yang rumahnya pelosok, aw. Tanya sama mantank...

Ditulis saat mengantuk

Gambar
Seperti biasanya, setelah membaca buku aku terdiam sebentar.   Dulu, aku sempat merasa takut.. kalau aku (yang perempuan ini) akan mengalami nasib yang sama dengan beberapa tokoh perempuan seperti yang ada di buku sejarah itu.  Agak alay memang, tapi betul-betul kurasakan takut.. dan penyebabnya ada pada pikiran seperti “Bagaimana jika aku salah memilih laki-laki? Bagaimana jika nanti aku justru bersama dengan orang yang otaknya diisi oleh patriarki dan pemahaman dangkal soal welas asih? Atau mungkin bisa jadi laki-laki beragama yang justru menuhankan egonya? Dan aku? Bagaimana nasibku? Duh, terpanjara begitu saja masa? Tidak mau!! Aku tidak mau dilarang membaca buku, tidak mau dikekang melakukan sesuatu yang kusukai, tidak mau dijadikan budak seks oleh suami sendiri, tidak mau dianggap sebagai seenggok benda yang hanya berfungsi buat melahirkan anak! Bagaimana jika nanti laki-laki yang kupilih ternyata suka memukul? Bahkan aku yang dibesarkan dengan sangat baik dan disekolahk...

Rasa sedih yang kadaluarsa

Gambar
Di bawah remang-remang langit. Perempuan yang hidup sekitar dua dasawarsa ini merasa kebingungan. Atas hal yang sejujurnya tidak terlalu penting untuk dipikirkan wkwkwk. Sayangku selalu bilang bahwa aku senang merepotkan diri sendiri dan aku setuju dengan itu. Ya, seperti hari ini contohnya. Selepas terbangun dari mimpi buruk dan menghirup oksigen dengan dada tersengal, aku mandi dan mendapati tidak ada yang membuat benar-benar bahagia hari ini. Selain,..    selain lampu kos yang diatur hidup otomatis setiap jam 6 sore. Juga buku-buku dari Gilang yang belum sempat kubaca. Bagaimana ya aku ini? Kenapa hidupku isinya cuma lelah dan lelah? Boro-boro mau menjadi perempuan keren yang mampu menjelajah bumi, beranjak dari gerbang kos saja bisa dihitung jari. Yah, cuma agak bersyukur karena saat keluar kos aku merasa banyak kelegaan yang timbul. Aw, lucu sekali dunia yang kupijaki ya sayang ya.. Penuh warna tapi tidak banyak yang menjadi milikku. Makanya, sebanyak apapun pelangi yang ...

Merasa lesu, tapi kalau dinafkahi belum mau

Gambar
Seperti perempuan yang berumur 20 tahun lainnya, aku suka mendengarkan lagu sedih meskipun aku tidak sedih sama sekali. Setidaknya, ada hal lain yang lebih penting dari sekedar rasa sedih. Tetapi aku sekarang sedang merasa…. Emm apa ya namanya ini? Perasaan yang tidak tahu apa namanya ini, agak mengganggu kehidupanku. Mungkin bosan, mungkin capek, bisa juga dibilang bingung karena tidak punya uang. Kadang, tengah malam aku bertanya ke diriku sendiri. Pilihanku yang kemarin itu? Apakah sebenarnya salah? Apa memang seharusnya aku merasakan hal ini? Detik ini? Ah, aku malu mengakuinya tapi inilah yang orang-orang sebut “Penyesalan”. Papa tahu, hal yang paling kubenci di dunia ini adalah rasa menyesal dan orang yang berusaha membuatku menyesal. Double kill yang menyebalkan.  Tapi, kenapa seolah dunia ini saling bahu membahu membuatku merasa menyesal! Anjirla, menyebalkan sekali! Kita agak bergeser dari topik soal “tidak punya uangku” ya.. ini topik yang kedua. Kenapa kepalaku selalu s...

Tuhan, kenapa aku kece banget?

Gambar
Perempuan gila, katanya. Aku dengan rambut se-bahu dan terurai tidak mendengarkan omongan itu. Kututup rapat-rapat pintu kamarku, juga duniaku, juga celah di antara bolongan tikus, juga lubang-lubang udara. Aku tidak lagi ingin bernapas di udara yang sama dengan orang di sekitarku. Berkali-kali ingin pergi, tapi tidak tahu kemana. Ingin sekali-sekali aku menggunakan semua uangku (yang nggak seberapa itu) untuk terbang ke pulau entah berantah dan bertemu dengan orang dengan warna kulit yang berbeda denganku.  Baru aku ingat. Beberapa waktu belakangan, mama selalu memberiku dress putih selutut. Sekejab, orang akan memandangku sebagai perempuan yang sinting dengan seragam rehabilitasi di ruanganku sendiri (yang kebetulan warnanya juga putih). "Aku butuh cinta, mama. Aku butuh dipeluk selain diriku sendiri." Entah apa yang kulakukan, entah apa yang kupikirkan. Semakin gelisah rasanya saat ada orang yang dengan terang-terangan memujiku cantik dan pintar. Setidaknya setiap hari aku...

Ragu

Gambar
Aku masih menunggu proses exfoliasi kulitku selama 10 menit. Mengingat dan membicarakan bagaimana aku setelah lulus nanti masih menjadi perkara yang menyebalkan akhir-akhir ini. Anak teknik yang menulis? Menjadi penjual buku yang ternyata tidak laku? Oh, menyedihkan sekali nasipku ini ya? Padahal juga itu belum tentu terjadi. Pasca menjadi moderator kemarin, pasca diingatkan dan ditampar soal bagaimana anak teknik seharusnya hidup, aku mulai berkaca pada diriku sendiri. Apa yang aku lakukan selama ini sia-sia? Atau salah? Atau sudah terlambat? Atau ada yang kurang? Kemudian, dengan tiba-tiba aku terkena serangan panik yang menakutkan. Seolah ada hal penting yang kulewatkan begitu saja kemarin. Tapi apa? Entahlah. Rasanya hidup memang berlari terlalu cepat dibandingkan waktu yang kupasang pada diriku sendiri. Lalu, aku melihat cermin. Menatap kedua bola mataku yang bundar seperti dua bulan yang dijejer dan direkatkan pada sebuah kepala (yang bentuknya bundar juga). Rasanya, baru kemarin...

Menjadi dia

Gambar
Minggu, sudah terlalu larut untuk memikirkan apakah ada orang yang bisa mencintaiku dengan baik atau tidak. Sudah terlalu larut untuk membayangkan bagaimana jika aku dikhianati lagi. Sudah terlalu penat jika terus menerus mempertanyakan sorot mata orang lain kepadaku.  "Sebenarnya, apa dia mencintaiku?" "Apa hanya aku yang dia cintai?" "Apa aku berhak untuk mendapatkan perlakuan baik seperti orang lain?" "Apa aku berhak untuk dimiliki dan memiliki?" "Bagaimana cara supaya aku percaya dengannya?" "Bagaimana cara agar aku bisa tahu, kalau aku akan baik-baik saja ketika sudah jatuh cinta?" Pertanyaan konyol semacam itu tentu bukan hal yang seharusnya mengganggu waktu tidurku. Perkara aku layak atau tidak soal dicintai, biarkan saja. Dunia ini sangat luas, aku bisa saja menangis sendirian dan bersembunyi di sana. Aku bisa berlari ke tengah hutan dan menutup diri dari banyaknya perubahan. Perempuan seperti aku ini, banyak sekali ma...