Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Bukan Desember Kelabu

Gambar
Sejujurnya tidak ada alasan kenapa menampilkan album Desember Kelabu Karya A.Riyanto yang dirilis tahun 1982 di permulaan paragraf ini. Hanya terlihat lucu saja. Mirip kisah hidupku beberapa tahun belakangan soalnya, haha. Setiap Desember patah hati, setiap akhir tahun harus bersedih karena beberapa hal terjadi dan melukai hatiku. Tapi akhirnya Desember tahun ini jalan hidupku lumayan berubah. Aku justru merasa damai dan menunggu terompet akhir tahun terdengar di speaker ponselku. (Di sekitar rumahku nggak ada yang meniup terompet tahun baru, jadi aku lihat di youtube) Pagi, akhir tahun, Desember yang baik, dan pertemuan panjang dengan banyak orang asing. Belum pernah aku merasa hidupku begitu tertata seperti ini. Mengerjakan sesuatu sampai lupa waktu, berbincang dengan teman baru, membaca buku dengan genre yang berbeda, keluar rumah dan melihat sekeliling dengan perasaan lega.  Akhir tahunku ini mulai memberi sinyal cukup baik, ya setidaknya baik untuk hidupku sendiri. Kalau boleh...

Adalah kamu

Beberapa ada yang bilang kamu menyenangkan. Kuamini karena sampai sekarang kamu terlihat begitu. Sejauh ini, yang kumau hanya bagaimana caranya bahagia ini tidak pernah alpha. Aku akan menjadi orang yang kamu peluk dengan erat, menghidupkan kembali perasaan cinta yang dulu pernah kubuang karena penat.  Kalau hari ini kamu merasa aku belum baik, tentu saja aku menerima. Karena aku memang seperti ini, belum bisa menjadi perempuan idaman siapapun. Namun, kalau kamu mau melihat lebih dalam ke retina mataku, kamu akan melihat jatuh hati yang tak pernah bisa kau temui di hati manapun. Ada kekuatan di sana. Perasaan tulus melebihi siapapun yang pernah kamu temui. Doa-doa baik yang terpancar lebih indah dari segi tak terbatas.  Bukannya aku merasa paling ahli menerima kamu. Tapi apa yang harus aku pelajari dari penerimaan? Sedangkan dulu  sudah dilatih dan dihajar oleh perasaan. Aku yang dulunya mengira tidak ada cinta yang setulus kamu, ternyata salah. Kukira, di bumi ini, spesi...

Perpisahan

 Aku tahu mungkin ini kejadian yang kamu inginkan. Setelah kupikir lebih dalam, kulihat dengan seksama, semua yang terjadi di hari belakang hanya menggambarkan kata renggang. Kamu bersikap seolah agar aku melepaskanmu. Setiap kali aku bertanya kenapa, kamu bilang kamu baik-baik saja. Padahal jelas, hubungan ini bukan hanya sekedar bahagiamu, tidak hanya urusan aku yang mengerti soal sibukmu, atau pemahaman lain tentang sikapmu yang menyakitiku.  Lantas semua bisa secepat cahaya berubah. Kamu yang dulu enggan kehilangan aku, jadi merasa tak apa kalau aku tiada. Seolah bahagiamu sudah cukup tanpa aku dipelukmu. Ya, memang. Untuk saat ini kuakui rasanya memang begitu. Seolah di hatimu sudah tidak lagi ada cinta. Semua yang kulihat di sana hanya tatapan hampa seorang laki-laki yang bersiap pergi.  Aku tentu sakit. Tapi kali ini tidak terkejut. Sebaik apapun kamu utarakan, perpisahan tetap menyakitkan. Bukan karena aku yang tak berdaya kehilanganmu, bukan juga hidupku akan ber...

Surat untuk dia, juga perjanjian atas diriku sendiri

 Entah karena keegoisanku, atau keadaan yang harus membuatku jadi merasa seperti ini. Tapi memang ada baiknya, ketika hati tidak lagi merasa aman, hal-hal kecil dari sekitar bisa lebih terasa dalam. Beberapa waktu lalu, aku merasa benar-benar hancur. Bahkan aku seperti tidak menjadi diriku sendiri. Orang yang kusayangi sepenuh hati ternyata lelah karena sikapku.  Sejujurnya, saat itu aku yang salah. Karena terus-menerus marah. Membuat semuanya jadi terasa lebih berat. Padahal, yang aku butuhkan cuma perhatian.  Saat itu, aku merasa gagal menjadi seorang perempuan. Menjadi pendamping orang yang ingin kuhebatkan. Padahal, dulu saat aku berusaha memilih, aku bersikeras untuk memilih dengan teliti, melihat seksama kira-kira laki-laki ini, apakah dia bisa menjadi hebat? Tapi, yang kulakukan beberapa waktu belakangan memang sudah keterlaluan. Seolah kehilangan diriku sendiri. HIngga, dia jadi berpikir untuk jalan sendiri-sendiri.  Aku benar-benar terkejut. Merasa begitu ka...

Makna Cinta

 Setiap kali ba'da subuh, aku selalu tidur lagi. Cuaca akhir-akhir ini sukses membuatku kehabisan kaus kaki. Apalagi, dingin tidak hanya kurasakan setiap pagi, tetapi semua waktu, bahkan sampai dini hari. Kepalaku yang berat, bertanya-tanya soal mengapa ada laki-laki menyebalkan ini di hadapanku. Seperti fatamorgana saja, atau mungkin aku yang tidak benar-benar sadar telah memilih dia.  Aku bosan dengan setiap perjumpaan tanpa tanda tanya. Selalu berbaris seperti sedang upacara, tapi tidak pernah terdengar suara. Saling lihat, saling tatap, tetapi tidak saling berucap. Oh, bagaimana mungkin aku bertahan dengan manusia seperti ini seharian? Tidak ada yang spesial, tidak ada. Hanya manusia yang bisa menerimaku apa adanya. Dengan segala keluh kesahku yang tidak bisa reda. Atau tangisan tengah malam yang sama sekali tidak seram. Hanya ingin dimengerti, dipahami, diberi waktu luang. Maya dan nyata seperti tidak ada bedanya. Barangkali, suara dan rambut yang berantakan itu membuatku...

Perempuan tua dan tulisannya

 Ada perempuan tua yang membenci tulisannya. Ia berusaha menghapus semua abjad yang terlanjur hidup di dalam diri seorang pemuda. Katanya, kalimat yang dulu itu tak tepat. Seperti hujan yang salah tempat, seperti tupai yang makan tomat.  Barangkali, perempuan itu kini menyadari. Beberapa manusia tidak sepatutnya dibuat abadi. Karena perasaan belum tentu demikian. Lantas harus diapakan manusia ini? Apa memang semua hanya terjadi di waktu itu saja?  Hati-hati dengan keadaan. Kadang hujan tidak melulu membawa kenangan. Ada kalanya tercipta arus yang deras, membuat luluh-lantak kehidupan, menjelma histori pahit dengan bumbu kehilangan.  Tidak juga tangisan berarti sedih. Adakalanya gerimis hadir saat hati sedang suka cita. Bagaimana lagi kalau keadaan tidak melulu seperti kelihatannya? Apa harus tetap ditelan perlahan?  Meski pada hari ini, pukul 5 sore hari, perempuan paruh baya sedang menangis. Entah sedih, entah hilang akalnya. Karena tulisan yang dibuat tak pern...

Menerima hari ini

 Kupikir, hari ini adalah waktu yang sangat cocok untuk sekedar jalan-jalan santai di  Semarang. Mengingat aku sudah memasuki libur akhir semester. Akan sangat menyenangkan kalau bisa menghabiskan waktu sejenak untuk sekedar melepas penat di kota lama. Atau barangkali, aku bisa melihat pohon-pohon yang berlarian dari dalam Bus kota. Ditambah dengan udara yang sejuk dan cuaca yang bersahabat. Di situ, aku membayangkan betapa tenangnya kalau bisa melihat pemandangan itu sembari menyeruput kopi di tanganku.  Tapi ternyata tidak begitu. Sekarang aku di rumah. Pernyataan kalau libur 2 minggu itu telah berganti menjadi 2 tahun. Karena virus menyebalkan bernama covid-19 itulah akhirnya aku harus kuliah di rumah.Tidak ada pemandangan kota lama, tidak ada penjual kopi, tidak ada teman-teman, tidak ada tukang siomay. Ah, menyebalkan sekali.  Beberapa waktu lalu aku juga sempat menangis karena tidak bisa mengerjakan praktikum. Sungguh, sebuah kejadian yang sangat menyebalkan se...

Mas

 Aku sedang menulis ini saat dunia terasa begitu membosankan. Kamu tahu? Cerita indah yang kita ukir di masa lalu ternyata tak sepenuhnya menyenangkan ya? Kukira waktu akan berputar cepat mengelilingi kita, ternyata masih saja menjadi pembatas antara kakiku dengan jejakmu. Aku bukan orang naif yang akan memujimu dan bilang kalau kamu adalah laki-laki yang paling sempurna. Maksudku, aku tahu kamu tidak sempurna dan aku juga demikian. Tetapi, setelah hari itu aku memutuskan untuk menemanimu, sejujurnya aku sudah tahu kalau kekurangan itu akan selalu ada dan akan kutemui seiring berjalannya waktu.  Tahukah kamu, menulis ini sangat menyebalkan, tetapi aku sayang kamu. Aku menulis ini kadang dengan rasa kesal karena hal yang kuidamkan ternyata tidak terjadi hari ini. Kukira kita akan terus merasa jatuh cinta dan bahagia setiap harinya. Ternyata, tidak juga. Tetapi ada perasaan mengikat di sudut mata. Saat aku melihat rambut berantakan dan mata lelah itu, rasanya ingin sekali datang...

Bising

Ada beberapa hal yang membuatku merasa bising. Soal bagaimana aku nanti bisa bertahan di kehidupan yang serba cepat ini? Bagaimana aku mampu memperoleh pekerjaan yang layak? Bagaimana cara supaya menghindari rasa malas yang kualami sekarang ini? Dan masih banyak lagi. Rasanya pandemi semakin hari justru semakin menjadi-jadi. Seolah tak pernah selesai dan selalu menyebalkan. Di rumah, aku hanya melakukan pekerjaan yang membosankan. Bahkan, beberapa waktu terakhir, kecamatanku sudah memasuki zona merah. Banyak korban jiwa akibat covid 19 ini. Ah, entahlah kapan ini akan berakhir. Seolah dunia hanya berputar seperti ini saja. Tidak kemana-mana. Padahal, ketika di rumah, aku menjadi sangat malas dan kehilangan motivasi. Bagaimana supaya aku bisa menjadi lebih baik kalau seperti ini? Saat di rumah, moodku sering tidak baik. Selalu sensitif dengan hal-hal kecil dan gampang marah. Aku merasa banyak hal yang bisa menyakiti hatiku dan itu benar-benar menyiksa. Aku jadi takut akan hal yang terja...

KEINGINAN MAMA

 Mungkin ini sedikit narsis, nulis sesuatu yang entah akan dibaca kapan. Tapi, nggak tahu kenapa, aku langsung menangis pas lihat tulisan mamanya Maudy Ayunda yang muncul di tiktok. Konyol memang, dan berkali-kali aku baca tulisan tersebut. Aku  jadi tahu kenapa bisa tumbuh sosok wanita hebat seperti dia. Ternyata memang mamanya sehebat itu.  astaga, bahkan ketika nulis ini aku masih saja cengeng. Padahal aku sudah hampir kepala 2. Tapi temanku bilang, menangis itu nggakpapa kok jadi aku nggak bakalan menahan diriku.  Ketika aku nulis ini, bukan berarti aku iri dengan Maudy Ayunda. Tidak sama sekali. Aku justru terharu, bangga, dan takjub. Ternyata memang seperti itu ya. Semakin hari aku jadi sadar kalau tidak semua hal itu bisa sama seperti yang kuharapkan. Ada banyak faktor yang menjadi pendorong di sana. Ada banyak hal seperti peran orangtua, lingkungan, fasilitas belajar, teman, uang, jabatan, kecantikan, dan orang yang kita temui. hal itu akan berdampak besar te...

Hari menjadi diri sendiri

Hari ini, hari kamis. Pagi sekali aku bangun, tumben. Biasanya harus bertengkar dengan mimpi-mimpi yang belum sempat kuamini. Sesekali, aku merasa sedang berada di ruang kosong dengan duduk bersila menatap jendela. Iya, itulah sekatku dengan dunia. Aku bertanya-tanya soal kehidupan ini. Apakah dunia memang berlari secepat itu? Bagaimana bisa satu raga ini dipaksa melakukan ini itu? Harus ikut ini, harus bisa itu. Kadangkala, aku bingung dengan hari yang terus melaju. Apa orang akan selalu berlomba-lomba? Apa tidak bisa tenang sebentar saja? Apa harus semuda itu untuk bisa memiliki apa-apa?  Timing orang katanya berbeda-beda. Semua orang sudah paham kata-kata klise itu. Tetapi, nyatanya kita masih sering dipertanyakan tentang 'kapan'. Kapan lulus? Kapan nikah? Kapan punya rumah? Kapan punya mobil? Dan seterusnya. Kenapa harus dipertanyakan sedetail itu? Kenapa seolah membuat oranglain terburu-buru. Harus benar-benar melakukan ini itu. Harus menjadi ini di umur segini. Harus puny...

Manusia Menyebalkan

Kadang aku berpikir, mengapa semua orang harus dipaksa merasa nggakpapa? Mengapa harus mengerti oranglain? Mengapa seolah punya standar kewajaran sendiri untuk hal-hal yang mungkin bisa menyakiti?  Pertanyaan itu bukan muncul sendiri, tetapi bersebab karena banyak orang yang menyebalkan di dunia ini yang akhir-akhir ini kutemui. Maksudku, aku juga menyebalkan, tetapi bukan berarti aku seenaknya sama oranglain. Berbeda dengan beberapa kasus yang kualami beberapa waktu lalu, orang yang seenaknya sendiri, egois, tetapi suka mengatur hidup oranglain. Seolah hidupnya yang paling benar, seolah semua bisa dikendalikan oleh dia.  Aku semakin khawatir, bagaimana jika nanti hidup di lingkungan yang seperti ini selamanya? Apa bisa aku bertahan?  Apa memang inilah dunia yang sebenarnya? Kenapa menyebalkan sekali? Dimana rasa toleransi yang diajarkan sejak SD? Kenapa semuanya kayak cuma teori? Kenapa harus ada orang jahat seperti itu sih di bumi? Kenapa nggak dirubah aja jadi monster ...

Dear Diriku di Masa Depan

Gambar
Kalau surat ini sampai pada anakmu Shel.  Entah berapa tahun nanti..  Aku hanya ingin memberitahu kalau hari ini kamu sedang kesal.  Karena hilang akal ingin jadi apa.  Tetapi,  meskipun orang bilang jadi penulis hanya persiapan untuk menjadi miskin, jangan berhenti mengabadikan dunia ini.  Jangan berhenti meski beberapa waktu lalu, dicaci semenyakitkan itu.  Pejabat yang berbudi luhur itu mungkin sudah terlalu capek mendengar basa-basi dunia.  Dia baik,  hanya saja kamu belum melihatnya sekarang.  Besarkan hatimu dan semua akan membaik.  Biar waktu yang jadi perban.  Untuk anakmu,  aku ingin bicara sebentar..  Dik..  Sudah ratusan kali pemadaman listrik terjadi. Semenjak bajingan corona itu masuk ke permukiman warga,  ibumu ini sudah mengencangkan semua otot kepala.  Bagaimana cara melindungi masa depanmu?  Bagaimana biar bisa melahirkan kamu?  Bagaimana agar bisa terus menjadi ibu kebanggaan...